Kamis, 25 September 2025

Blog Tribunners

Kauman: Kampung Cikal Bakal Muhammadiyah

Di ujung gang sebelum berbelok, bila cermat anda akan menemukan sebuah monumen yang dikelilingi taman kecil. di monumen itu terdapat tulisan "Syuhada bin Fisabillillah", tahun 1945 - 1948, dan daftar nama yang memuat 25 orang.

Penulis: sulistyawan
Editor: Achmad Subechi
Bicara tentang Muhammadiyah, tak dapat dilepaskan dari kamopung Kauman Yogyakarta. Sebab, di kampoung inilah pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan mengawali perjuangannya.

Kauman berasal dari kata ' tempat kaum' atau tempat pemuka agama. Oleh karena itu sehaj jaman kerajaan, wilayah ini merupakan tempat bagi 9 ketib atau penghulu yang ditugaskan Kraton untuk membawahi urusan agama. Sejak ratusan tahun lampau, kampung ini memiliki peran besar dalam gerakan pengembangan agama Islam.  Meski demikian, tidak mudah bagi Ahmad Dahlan untuk mengembangkan pemikirannya untuk memajukan pandangan ummat Islam, karena kentalnya kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berbau mistik.

Salah satu pemikiran Ahmad dahlan yang sampai sekarang dianut sebagian besar ummat muslim adalah arah kiblat sholat , yang tak lagi mengarah ke Barat tetapi bergeser 24 derajat ke arah Barat Laut. Perubahan arah kiblat sholat yang diajarkan oleh Dahlan inilah yang  pada jamannya dinilai kontroversial.

Bahkan pada jamannya Dahlan sempat dituduh sebagai orang kafir, karena ibadahnya 'menyimpang' dari tradisi yang dianut masyarat. Selain itu, DFahlan juga menentang tradisi selamatan bagi orang yang meninggal karena dinilai sebagai pemborosan, karena situasi ekonomi masyarakat waktu itu belum semakmur seperti sekarang.

Kampung Kauman ditandai dengan Gapura yang bagian atasnya berbentuk lengkung , yang merupakan salah satu ciri bangunan Islam yang  dari Timur Tengah. Di bagian atas gapura, akan ditemui gambaran berbentuk lingkaran berwarna hijau dengan matahari bersinar 12 yang berwarna kuning di dalamnya. Gambaran tersebut sampai saat ini masih dipakai Muhammadyah sebagai lambang organisasi sekaligus institusi lain yang bernaung di dalamnya.

Menyusuri gang-gang kampung Kauman harus dengan berjalan kaki. Selain ada tanda dilarang memakai kendaraan yang dipasang di dekat gapura, jalan di Kauman sengaja dirancang agar menyulitkan kendaraan masuk. Perancangan itu bermaksud agar untuk menghindari kebisingan yang dapat mengganggu kesibukan para santri yang sedang belajar . Disamping itu, berjalan kaki secara filosofid merupakan wujud pelepasan status sosial.

Di kanan kiri gang, anda akan melihat ragam bangunan dengan berbagai desain rancang bangunn yang berhias kaca warna menunjukkan pengaruh arsitektur Eropa. Berjalan ke ujung gang dan berbelok ke kanan, akan dijumpai rumah berwarna putih dengan kusen jendela dan pintu berwarna coklat. Daun jendela yang bagian atasnya berbentuk lengkung menunjukkan kuatnya pengaruh Timur Tengah.

Di ujung gang sebelum berbelok, bila cermat anda akan menemukan sebuah monumen yang dikelilingi taman kecil. di monumen itu terdapat tulisan "Syuhada bin Fisabillillah", tahun 1945 - 1948, dan daftar nama yang memuat 25 orang. Monumen itu didirikan untuk memperingati jasa warga Kauman yang meninggal ketika ikut berperang memperjuangkan kemerdekaan. Meski berada di pusat kota, kampung Kauman seolah tak terpengaruh oleh perubahan jaman. Karena itu, berkunjung ke kampung ini , kita seperti  kembali pada masa lalu. 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan