Mendag: Mulailah Subtitusi Beras dengan Singkong, Ubi
Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan menegaskan perlunya mengubah pola konsumsi dan melakukan diversifikasi pangan
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Gusti Sawabi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan menegaskan perlunya mengubah pola konsumsi dan melakukan diversifikasi pangan untuk mengatasi berbagai tantangan menuju ketahanan pangan.
Ia menjelaskan sejauh ini pemerintah selalu berusaha menjaga ketahanan pangan nasional dengan menjamin ketersediaan pasokan dan aksesibilitas pangan, serta stabilisasi harga dalam negeri. Namun dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan pola konsumsi yang berlebihan, tanpa diiringi peningkatan produksi pangan, maka ketahanan pangan nasional akan semakin sulit untuk dicapai.
Dalam mengubah pola konsumsi masyarakat, Mendag menekankan perlunya melakukan diversifikasi pangan. "Mulailah kita mensubtitusi beras dengan singkong, ubi, dan bahan pangan lainnya," ujarnya Selasa (7/2/2012) sebagai salah satu pembicara dalam Jakarta Food Security Summit: Feed Indonesia Feed The World di Jakarta Convention Center, Jakarta.
Lebih jauh dijelaskannya, akibat pola konsumsi yang meningkat dan sulitnya menambah hasil produksi pangan, maka pemerintah masih harus mengambil kebijakan impor kebutuhan dasar demi menjaga ketercukupan pasokan pangan.
Pola konsumsi yang berlebihan ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi beras Indonesia yang dua kali lebih besar dari negara tetangga. Pada 2011, produksi beras lokal Indonesia sebesar 65,4 juta ton, dan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, pemerintah harus melakukan impor beras sebanyak 2,75 juta ton.
Selain beras, Indonesia juga merupakan salah satu konsumen gula terbesar sesudah negara Amerika Latin. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia memproduksi gula sebesar 2,31 juta ton pada 2011. Namun masih
harus melakukan impor raw sugar sebanyak 108.889 ton dan gula kristal putih sebanyak 143.479 ton.
"Dengan merubah pola konsumsi, kesehatan masyarakat juga dapat lebih meningkat. Saat ini, Indonesia merupakan negara dengan penderita diabetes terbesar keempat menurut data WHO,” jelas Gita.
Ditegaskannya, Pergeseran pola konsumsi masyarakat kearah yang lebih positif akan sangat mendukung profil ketahanan pangan Indonesia juga dalam membantu pencapaian target kinerja perdagangan Indonesia.
“Jakarta Food Security Summit merupakan langkah awal dari kerja sama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang sangat dibutuhkan dalam strategi ketahanan pangan nasional, ” ungkap Mendag.