Rabu, 20 Agustus 2025

Calon Pilot Indonesia Tertipu di Amerika

Calon Pilot Tertipu: Pesawat Cuma Ada Dua Minggu

Empat orang yang mengaku korban penipuan sekolah penerbangan Accelerate 36 yang bermarkas di America Serikat

Editor: Prawira

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat orang yang mengaku korban penipuan sekolah penerbangan Accelerate 36 yang bermarkas di America Serikat memberikan pengkuan. Lewat video yang diunggah oleh Kabari News.com di YouTube mereka menceritakan ikhwal perkara yang membuat masing-masing mereka rugi ratusan juta rupiahn itu.

Video ini merupakan video kedua yang diunggah. Sebelumnya kasus ini sudah lebih dulu dibeberkan oleh seorang istruktur penerbangan bernama kapten Hifni Assegaf yang tinggal di Amerika Serikat. Dalam video wawancara ini keempat korban juga didampingi kapten Hifni Assegaf.

Seperti diberitakan sebelumnya beberapa orang calon pilot asal Indonesia merasa tertipu oleh sekolah penerbangan bernama Accelerate 36. Saat bersekolah disana, Accelerate 36 yang merupakan kepunyaan orang Indonesia itu tidak menyediakan pesawat untuk mereka belajar. Untuk sekolah disana mereka sudah membayar, 30 ribu dolar.

Video dipublish pada desember 2011. Para korban duduk membelakangi kamera. Alasannya karena mereka tak mau wajah dan identitas mereka diketahui. Ditakutkan hal tersebut bisa jadi masalah jika mereka ingin melanjutkan sekolah pilot di tempat lain. Video itu diambil saat mereka masih berada di Amerika. Saat ini sebagian sudah ada yang kembali ke Indonesia. Tribunnews.com berhasil mewawancarai beberapa korban (Tulisan akan di publish di berita selanjutnya,red)

Keempat orang ini mengaku sudah tidak lagi sekolah di Accelerate 36. Alasannya, sebagian dari mereka izin menetapnya sudah habis sedangkan sekolah yang semestinya selesai dalam tujuh bulan tidak selesai. Biaya pun sudah membengkak.  "Permasalahnya dari Indo kita cuma dapet visa satu tahun. Kita bisa cuma sampai satu tahun, jika lebih dari itu yang dijanjikan bohong.," kata seorang korban.

"Kami bayar 30 ribu dolar, termasuk hidup di sini, mulai dari tiket nanti sampai pulang ke Indo. Enam sampai tujuh bulan itu ditanggung," katanya.

Menurut mereka, saat berada disana, hanya dua minggu saja mereka bisa dengan leluasa belajar dan berpraktek dengan pesawat. Setelah itu banyak timbul maslaah yang membuat mereka tak bisa menggunakan pesawat seperti yang dijanjikan.

"Pesawat dan instruktur tidak tersedia setiap saat. Yang lancar cuma dua minggu, (setelah itu) mulai tersendat-sendat. Alasan mereka tak masuk akal. Jadi kalau kita datang pagi, pesawat tahunya dipakai anak Aero Tech Academy, Akhirnya kita diundur siang, siang cuaca sudah tidak bagus, makin kelamaan makin sering, alhasil kita complain dan ada yang keluar," kata korban.

Pihak mereka sudah meminta pertanggungjawaban OM, selaku pemilik. Namun saat dikonfirmasi OM malah mengajukan kontrak baru yang isinya menyatakan para korban harus membayar lagi sebanyak 224 ribu dolar. "Katanya uang 30 ribu itu sudah habis untuk biaya selama kami disini," katanya.  

Dari keempat orang ini selain ada yang keluar ada pula yang di droop out. Alasannya mereka tidak disiplin dan keluyuran selama pendidikan. Para korban beralasan mereka tak keluyuran karena tak punya fasilitas. Untuk transfortasi juga dijemput sopir.

Sampai saat ini, Tribunnews.com sedang berusaha untuk mencari informasi dan konfirmasi dari pihak Accelerate 36.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan