Tribunners / Citizen Journalism
Rencana Kenaikan Harga BBM
Harga BBM Naik, Daya Beli Masyarakat Akan Semakin Lemah
"TEROR" rencana kenaikan harga BBM pada 1 April mendatang terus mendatangkan ketakutan bagi rakyat Indonesia.
Dewi Aryani
Anggota Komisi VII DPR RI
Kandidat Doktor Administrasi dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia
"TEROR" rencana kenaikan harga BBM pada 1 April mendatang terus mendatangkan ketakutan bagi rakyat Indonesia. Belum usai demo dan protes yang terus bergulir atas rencana tersebut, isu-isu atas kenaikan berbagai harga terus bermuculan.
Bagaikan bola salju, isu kenaikan harga-harga ini terus menggelinding, tidak bisa dibendung, semakin membesar dan mengakibatkan keresahan yang semakin menjadi-jadi bagi rakyat Indonesia.
Selama rencana kenaikan BBM ini terus bergulir maka selama itu pula rakyat Indonesia akan menghadapi berbagai kejutan ekonomi akibat dampak yang tidak dapat dielakkan lagi.
Efek dari rencana kenaikan harga BBM ini menyebar ke seluruh sektor kehidupan dan berdampak sistemik. Lebih lagi, yang paling terkena imbas adalah sektor ekonomi, sosial dan budaya, baik ekonomi makro maupun ekonomi mikro yang sektoral. Efek rencana kenaikan BBM terhadap sektor ekonomi makro akan dirasakan dengan meningkatnya inflasi.
Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, mengatakan jika rencana kenaikan BBM 1 April mendatang disahkan, maka inflasi per April 2012 ini akan mencapai angka 7,1 bahkan 7,8%.
Padahal menurut data Bank Indonesia, inflasi pada Februari 2012 lalu hanya mencapai 3,56%. Artinya, kenaikan BBM ini akan menaikkan angka inflasi mencapai lebih dari 4% atau dua kali lipat dari angka inflasi sebelumnya.
Kenaikan inflasi ini pun pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Berkaca pada kenaikan BBM tahun 2005 lalu, peningkatan inflasi akibat kenaikan harga BBM membuat GDP riil Indonesia hanya mengalami sedikit kenaikan dari sebelumnya 0,041 menjadi hanya 0,051.
Penyebabnya adalah karena daya jangkau ekonomi masyarakat, semakin rendah dan terlihat dari penurunan jumlah konsumsi rumah tangga. Kemungkinan besar, hal serupa yang terjadi pada 2005 akan kembali dirasakan pada tahun ini.
Selain dampak pada sektor ekonomi makro, recana kenaikan BBM ini juga akan mempengaruhi sektor ekonomi mikro. Sektor ekonomi mikro yang kebanyakan dari aktornya adalah rakyat kecil tersebut akan paling merasakan dampak kenaikan ini.
Salah satunya adalah terhadap kegiatan transportasi dan angkutan barang. Sektor transportasi mungkin adalah salah satu sektor yang paling merasakan langsung pil pahit kenaikan BBM ini. Mengingat sampai saat ini BBM masih merupakan bahan bakar utama transportasi Indonesia.
Menurut data Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi (BPPT), penggunaan BBM pada trasnportasi Indonesia sampai tahun 2014 nanti mencapai 95% yang terdiri dari bensin (gasoline) dan solar. Adapun sisanya adalah bahan bakar gas (BBG) dan sedikit sekali biofuel.
Kenaikan harga BBM ini tentunya akan menaikkan biaya transportasi, khususnya tarif angkutan. Kepastian kenaikan tarif angkutan ini sudah dikonfirmasi langsung oleh Ketua Organda yang mengatakan bahwa akibat kenaikan BBM ini, tarif angkutan akan dinaikkan mencapai 35% bahkan bisa lebih dari itu.
Kenaikan tarif angkutan ini memang tidak dapat dihindari lagi, apalagi harga perawatan dan suku cadang juga pasti akan mengalami kenaikan.
Ironisnya, pengguna transportasi masal dan angkutan sebagian besarnya adalah rakyat kecil.
Kenaikan tarif angkutan ini juga ikut dirasakan oleh para petani, produsen kecil, home industry dan pedagang pasar tradisional. Pasalnya, akomodasi dan aktivitas perdagangan mereka sehari-harinya dilakukan dengan menggunakan transportasi masal dan angkutan barang.
Jika transportasi utama para petani, produsen, dan pedagang ini naik, maka opsi yang akan mereka lakukan adalah menekan biaya produksi atau menaikkan harga jual barang dagangan mereka.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.