Tujuh Pistol Itu Ditanam di Kebun Sengon Milik Konco
TUKIMAN (43) mengaku sempat ketakutan saat jajaran Polda DIY dan Polres Wonosari mendatangi rumahnya
Editor:
Hendra Gunawan

Laporan Reporter Tribun Jogja, Obed Doni
TRIBUNNEWS.COM - TUKIMAN (43) mengaku sempat ketakutan saat jajaran Polda DIY dan Polres Wonosari, Gunung Kidul, mendatangi rumahnya. "Saya sempat ketakutan saat mereka datang ada sekitar empat mobil kalau tidak salah," katanya.
Senjata yang digunakan para tersangka perampokan toko emas di Kebupaten Gunung Kidul, DIY, ternyata ditemukan di sebuah kebun yang ditanamin Pohon Sengon dan rumput, milik Konco (70-an), warga Dukuh Banjarsari, Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo yang berbatasan dengan Kecamatan Kemalang, sekitar pukul 19.30 WIB, Senin (21/5/2012). Konco merupakan ayah dari Tukimin yang tempat digalinya senjata itu berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.
"Mereka (polisi) datang ke rumah saya dengan membawa tersangka Ipunk yang diborgol tangannya. Padahal pada waktu itu saya dari pulang kerja dan baru selesai mandi," kata Tukiman yang memiliki dua anak dan calon bayi itu, di rumahnya Dukuh Banjarsari, Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo.
Setelah ditanya mengenai ladang milik ayahnya itu, Tukimin kemudian diminta untuk membantu menggali tanah di lahan yang ditunjukan tersangka Ipunk sebagai lokasi penyembunyian senjata yang mereka gunakan untuk aksi perampokan itu. Saat menggali dia tidak sendirian tetapi ditemani oleh salah satu tetangganya.
"Kami menuju lokasi itu juga bersama dengan pihak polisi dan Ipunk yang menunjukkannya. Senjata itu dipendam di depan pohon sengon yang merupakan yang terbesar di ladang itu, meski ukurannya kecil dan pohon yang ada di sana hanya sedikit. Tanah yang digali pun masih kelihatan tanah baru bekas galian," jelasnya.
Setelah penggalian, mereka menemukan sebuah tas warna hitam yang di dalamnya terdapat karung. Setelah dibuka, di dalam karung tersebut ditemukan tujuh senjata api dan 99 amunisi.
"Senjatanya sempat dikeluarkan semuanya di depan rumah saya. Kalau itu baru atau lama saya tidak tahu, cuma tidak ada yang karatan," tutur Tukimin yang mengaku setelah 30 menit jajaran kepolisian itu meninggalkan rumahnya.
Walau pun melihat wajah dan perawakan Ipunk, Tukiman mengaku belum pernah melihat tersangka yang berdasarkan keterangan Polda DIY merupakan adik dari Kmr (Komir). "Belum pernah melihat sebelumnya. Itu bukan adiknya, sepertinya hanya teman dari Komir," imbuhnya.
Sedangkan Kmr dikenal Tukiman merupakan warga yang alim, ramah, dan sering berkegiatan di daerahnya itu. "Dia itu alim. Kalau pergi ke masjid itu bajunya putih-putih, rajin sholat, dan kalau ada kerja bakti, dia sering ikut. Saya tidak menyangka dia bisa terlibat," pungkasnya.
Hal yang sama dikatakan tetangga depan rumah Kmr, Jupriyanto (64) yang tinggal di dukuh yang sama dan rumahnya tidak jauh dari Tukiman. Dia mengatakan Kmr dan istrinya merupakan orang yang ramah dengan tetangga sekitar. Namun asal dari Kmr dan istrinya tidak ada yang mengetahui satu pun.
"Dia memang sempat beberapa didatangi Rt dan Rw untuk diminta segera mengurus identitasnya. Namun, katanya masih sedang diurus, bahkan sempat bertanya kepada saya bagaimana mengurusnya. Dia dan istrinya baru tinggal di sini belum ada dua tahun. Rumahnya itu biasa saja lho, tidak bagus," jelas Jupriyanto.
Jupriyanto juga mengungkapkan, pada malam penangkapan Surono alias Bpk, Kmr dan istrinya pergi meninggalkan rumahnya. "Sekarang ini rumahnya kosong tidak ada yang menempati. Tidak tahu mereka kemana, tahunya hanya rumahnya sudah kosong," ucapnya.
Sedangkan Surono yang rumahnya berada di Dukuh Karangkembang, Desa Keputran, Kecamatan Kemalang, yang berdampingan dengan Dukuh Banjarsari, juga dalam keadaan kosong. Pasalnya, istrinya kini kembali ke rumah orangtuanya yang beradai di Dukuh Tikas, Desa Tangkil, Kecamatan Kemalang.
"Dia sehari-hari itu bekerja sebagai sopir truk material (galian C). Saya tidak menduga keterlibatan dia. Padahal, dia orangnya ramah sekali dan merupakan orang asli sini. Baru kali ini ada kejadian seperti ini, karena ada orang mabuk masuk dukuh saja sudah kami usir," pungkasnya.
Surono yang beragama non muslim, lanjutnya, mempunyai empat orang anak. Dua dari anaknya berada di luar negeri, yaitu di Korea dan Jepang.
Baca juga: