Pawang Kerbau Kyai Slamet Sempat Pamitan Lewat SMS
Sehari sebelum gantung diri, Babe ternyata sempat berpamitan lewat SMS kepada seorang temannya.
Editor:
Budi Prasetyo

Laporan Wartawan Tribun Yogya / Ikrob Didik Irawan
TRIBUNNEWS.COM SOLO, – Pawang kerbau bule Kyai Slamet Keraton Surakarta, Utomo Gunadi, ditemukan tewas gantung diri, Minggu (10/6/2012), sekitar pukul 06.30. Pria yang akrab disapa Babe itu gantung diri di pohon beringin kembar, alun-alun selatan. Sehari sebelum gantung diri, Babe ternyata sempat berpamitan lewat SMS kepada seorang temannya.
Mata Suhartati terlihat basah oleh air mata saat berada di depan kandang kerbau bule. Ia tak menyangka Babe yang baru dikenal sekitar tiga bulan lalu mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Padahal Sabtu (9/6/2012), ia sempat berbincang cukup banyak, mendengarkan Babe yang saat itu sedang curhat. “Saat itu Babe kelihatan sedang banyak masalah. Dia bilang jika hidupnya seperti sudah tidak ada artinya lagi,” katanya.
Namun wanita 43 tahun ini mengaku, pada obralan santai di dekat kandang kerbau itu Babe tak begitu detail bercerita terkait masalah yang dihadapi. Namun sekilas masalah itu terkait kehidupan pribadi keluarga, kisruh keraton Surakarta, hingga masalah kesehatan. Akibat masalah itu, Babe bahkan mengaku sampai tak doyan makan selama hampir seminggu lebih. Sehingga wajahnya tampak pucat dan tubuh lemas.
“Pokoknya, dia berkali-kali bilang uripku iki wis ora ono gunane (hidupku ini sudah tidak ada gunanya). Wajahnya sangat pucat dan terus mengeluh,” kata Suhartati. Sebagai seorang sahabat, ia kemudian memberikan motivasi penyemangat pada Babe. Apalagi jarang-jarang Babe mau bercerita karena biasanya tiap kali ada masalah selalu disimpan sendiri. Seolah sepakat, Babe beberapa kali menganggkukkan kepala.
Sabtu malam sekitar pukul 21.00, Suhartati mendapatkan SMS dari Babe. SMS itu berbunyi “Kula matur nuwun sanget penjenengan paringi nasehat. Mugi sedaya sami momongan dalem saget kagem pemut sedaya ingkang sumaos tumidak kados ngaten (Saya berterimakasih sekali atas nasehatmu. Semoga semuanya dan keluarga bisa bertindak seperti nasehat itu)”.
“Hanya saya yang mendapat SMS itu. Tapi saya tak begitu paham maksudnya. Ternyata itu SMS pamitan ,” kata Suhartati lagi.
Sehari sebelum meninggal, Babe juga sempat berkunjung ke rumah mertua dari istri keduanya, di Sukoharjo. Menurut Enggar, yang merupakan adik kandung istri kedua, Babe saat itu juga menunjukkan tingkah laku janggal. Sebab Babe memberikan uang berobat Rp 350 ribu untuk berobat sang mertua. Padahal biasanya pengobatan diurus oleh Babe sendiri. “Saat itu Babe juga berpamitan pada seluruh keluarga kalau mau pergi. Tapi tak bilang mau pergi kemana,” katanya.
Menurut Enggar, tingkah laku Babe mulai aneh setelah beberapa pekan lalu dimintai keterangan oleh Densus 88 terkait kasus bom Polsek Pasar Kliwon tahun lalu. Polisi membawa Babe ke Jakarta untuk dijadikan saksi karena dahulu bom juga ditemukan di sekitar kandang Kyai Slamet. “Setelah pulang dari Jakarta, Babe jadi tak mau makan. Dia seperti sedang tertekan banyak pikiran,” katanya.
Kapolsek Pasar Kliwon, AKP Parni Handoko mengatakan, korban diperkirakan gantung diri antara pukul 03.00 hingga pukul 05.00. Sarana yang digunakan untuk menggantung adalah tali yang biasa digunakan untuk mengikat kerbau. Polisi tak melakukan visum dan jenazah langsung dibawa ke rumah duka. "Sesuai permintaan keluarga, jenazah tidak divisum. Sebab, keluarga sudah yakin jika Babe meninggal karena gantung diri," katanya.
Puluhan pelayat memadati rumah duka yang terletak di Bibis Wetan RT 5 RW 21, Gilingan, Banjarsari. Namun tak satupun perwakilan keluarga yang bersedia memberikan keterangan. Menurut Suwardi, Ketua RT 5, Babe memang tercatat sebagai warganya. Hanya saja sejak menjadi abdi dalem, Babe jarang pulang karena menetap di kandang kerbau. “Dia warga yang baik, setiap kali ada kegiatan di kampung selalu pulang walau hanya sebentar,” katanya. (dik)