Jumat, 5 September 2025

Indonesia Responsif Dalam Antisipasi Masalah Kehutanan

Indonesia perlu melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan (Sustainable Forest Management/SFM) dengan tetap

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Indonesia Responsif Dalam Antisipasi Masalah Kehutanan
ridhanuworpress
Hutan Indonesia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia perlu melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan (Sustainable Forest Management/SFM) dengan tetap mengedepankan fungsi ekologis dan fungsi ekonomis hutan melalui keterlibatan masyarakat di dalamnya.

Demikian rangkuman pendapat Duta besar Brasil untuk Indonesia Paulo Alberto da Silveira, pengamat lingkungan hidup Emil Salim, Presiden IBCSD Shinta W Kamdani dan Presiden Komisaris PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Tony Wenas, di Jakarta, Selasa (12/6/2012).

 “Jika fungsi itu djalankan,  implementasi bisnis sesuai kaidah lestari serta masyarakat dapat berjalan dan tumbuh bersama,” kata Paulo.

Menurut Paulo, Indonesia sepertinya halnya Brasil, sebenarnya cukup responsif dalam melakukan sosial forestry. Hanya saja,  Indonesia masih memerlukan waktu untuk terus berjuang demi membuktikan keberhasilan konsep ini.”Tidak mudah, karena banyak persoalan dalam implementasi termasuk ketidakpuasan banyak pihak,” kata Paulo.

Emil Salim menambahkan, salah satu tujuan penyelenggaran Rio+20 adalah adanya harmonisasi dan saling menghormati antara kepentingan bisnis dan masyarakat. “Karena itu, pelaksanaan konsep manajemen hutan lestari dengan melibatkan masyarakat disekitar kawasan hutan menjadi penting.”

Presiden Indonesia Business  Council  for Sustainable Development (IBCSD) Shinta W Kamdani mengatakan, bahwa sektor swasta Indonesia telah mulai berperan dalam strategi pembangunan berkelanjutan "Walk the Talk atau melakukan teori, inilah yang telah dan akan  terus dikembangkan dunia usaha Indonesia.

“Konferensi Rio+20 menjadi bentuk kesepahaman dunia untuk melakukan secara bersama-sama dan saling menopang pembangunan berkelanjutan, dan kita bisa belajar dari negara lain yang sudah lebih dulu maju dalam penerapan konsep strategis pembangunan berkelanjutan untuk kemudian menterjemahkannya dalam perspektif bisnis Indonesia ,” jelas Shinta.

Tony Wenas menambahkan, sebagai salah satu anggota pendiri IBCSD,  pihaknya telah menerapkan pengelolaan SFM dengan fokus pada kajian Nilai Konservasi Tinggi (SFM) di dalam area konsesinya di Riau.

Menurut Tony , area Nilai Konservasi Tinggi (NKT) yang dimiliki RAPP dan mitranya sekitar 19%.  “Pendekatan NKT sangat penting bagi kami untuk melakukan perencanaan, pengelolaan dan pemantauan yang berkesinambungan,” ujarnya.

Baca juga:

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan