Om Liem Meninggal
Om Liem Suka Dansa di Kelab Malam
Ramah, selalu menegur, dan dermawan. Suka membagi-bagikan tunjangan hari raya (THR).
Penulis:
Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ramah, selalu menegur, dan dermawan. Suka membagi-bagikan tunjangan hari raya (THR). Itulah kesan mendalam sejumlah warga di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. terhadap usahawan sukses Soedono Salim alias Om Liem yang kini jasadnya masih terbaring di rumah duka di Singapura.
Seperti dikemukakan lima sampai enam orang warga dan anggota keamanan pertahanan sipil (hansip) yang ditemui Tribunnews.com.
"Sampai tahun kemarin, kami masih mendapat THR. Uang seratus rib, kemudian satu batik dan satu sarung. Itu sudah sejak dulu, keluarga Om Liem, bagi-bagikan THR," ujar Ace anggota Hansip RW 5, Kelurahan Gunung Sahari Utara saat ditemui, Rabu(13/6/2012) malam.
Ace menambahkan, "Dapat THR cuma lebaran saja, saat imlek atau natal, tidak dapat," jelasnya.
Hal serupa dikemukakan Mali, anggota RT 10 RW 5.
"Kemarin saya masih dapat. Semua anggota hansip dapat THR dari keluarga Om Liem, setiap tahun. Kalau saya dapatnya dari Raemon," ujarnya sembari menyebut nama tersebut masih keluarga besar Soedono Salim.
Supriyadi, yang mengaku sudah 19 tahun menjadi hansip di kompleks Gunung Sahari 6, kediaman kelaurga Om Liem. Supriyadi mengakui sering mendapat THR. "Satpam, aja dapat THR, sekali setahun. Jangankan saya yang karyawan, wong dagang saja, dikasih," ujarnya.
Menurut Supriyadi, tahun 1980-1990-an, ketika Om Liem masih sehat bugar, dia suka olahrga pagi, berupa jalan-jalan di kompleks. "Semasa sehatnya, Om Liem selalu jalan pagi, setiap pagi," ujar Supriyadi.
Supriyadi, kakek yang sudah berusia 60-an tahun, mengatakan ketika Om Liem masih tinggal di Jakarta, sebelum pindah ke Singapura pascakerusuhan Mei 1998 di mana rumahnay hangus dibakar massa, hampir setiap hari melihat tahu betul bentuk fisik Om Liem. "Orangnya pendek. Mungkin setinggi bapak, tapi agak gemuk," ujarnya sembari mengibaratkan wartawan tribun setinggi 162 cm.
Om Liem di mata Supriyadi, orang ramah-tamah. Ia selalu menyapa siapa saja yang dilewati saat jalan pagi, maupun melintas di dalam mobilnya. "Baik Pak Liem, maupun Pak Antony Salim, anaknya sama-sama ramah. Sewaktu sehat, dia suka jalan di komplek, tanpa dikawal. Saat bertemu, atau berpapasan, dia menyapa sambil angkat tangan. 'Pak...," ujar Supriyadi sembari mengangkat takan kanannay seperti biasa diprkatikkan orang ketika bertegus sapa, say hello. "Anak sama bapak, sama. Kalau berpapasan menyapa,"
Kenangan Jimmy, warga RW 5, Gunung Sahari Utara terhadap Om Liem lebih banyak lagi. Mantan istrinya, Yulita, masih kerabat jauh Om Liem. Semasa masih kelaurga utuh, sebelum bercerai, istrinya, sering berkunjung ke rumah Om Liem. "Saya sih tidak pernah turut campur," kata Jimmy yang badannay penuh dengan tatto, termasuk wajah dan hidungnya.
Ia mengaku sering menikmati hiburan dunia gemerlap malam, seperti kelab malam. Sekali waktu, tahun 1980-an, dia bertemu Om Liem di satu kelab malam di Jalan Hayam Wuruk, yang menurut Jimmy milik Om Liem. "Dia suka dansa. Namanya bisnis dia, punya," kata Jimmy.
Kenangan lainnya, dia sering melihat Om Liem menyeruput teh khas China, Liang The di Pasar Glodok, Jakarta Pusat. Dulu sia suka restoran gloria, masakan Mandarin di Glodok. Dia suka minum Liang Teh. "Semua orang Glodok tahu dia, hampir setiap minggu sekali, dia mampi makan dan minum teh di restoran Gloria. Semua tahua dia, dipanggilnya, Om Liem, Om Liem," ujar dia.
Kedermawanan Om Liem pun terakam ingatan Jimmy. Saat itu, Jimmy bekerja di percetakan. Setiap turun dari mobil, Om Liem pasti sebar duit pada sekuriti. Om Liem sering bepergian bersama Anthony Salim, CEO Indo Food Sukses Makmur. Ia sering bawa Anthony, sering-sering. "Kalau Om Lim pakai sopir, Anthony datang sendiri, nyetir mobil sendiri," katanya. "Saya beberapa kali bertemu beliau di BO (nama satu kelab malam) dan Restoran Gloria," katanya.
Paulus Antonius Nitisasmito (73), mantan pengawal Om Liem pun punya kenangan bersama Sudono Salim. Niti mengaku banyak cerita yang ia alami bersama pengusaha yang dekat dengan Soeharto itu.