Kamis, 13 November 2025

Minim Sarana Hiburan Memicu Tindakan Asusila

Selama periode Januari hingga Juni 2012, Polres Nunukan telah menangani 16 kasus asusila dengan korban anak berusia antara 13 hingga 17 tahun.

Editor: Dewi Agustina

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru

TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Selama periode Januari hingga Juni 2012, Polres Nunukan telah menangani 16 kasus asusila dengan korban anak berusia antara 13 hingga 17 tahun. Korban tindakan asusila ini sebagian masih duduk di bangku sekolah, namun ada juga yang sudah putus sekolah. Pelaku tindakan asusila didominasi pria pengangguran berusia antara 15 hingga 51 tahun.

Psikolog Dewi Sari Bakhtiar berpendapat, kurangnya sarana hiburan di Nunukan menjadi salah satu penyebab yang mendorong terjadinya tindakan asusila yang melibatkan korban anak dibawah umur.

"Pertama disebabkan karena kondisi pemukiman kita tidak ada hiburan. Mereka untuk menghibur diri, untuk mencari tempat hiburan susah. Kalau saya melihat mereka itu tidak ada tempat pelampiasan," ujar wanita yang juga Komisioner Komisi Pemilihan Umum Nunukan ini.

Menurutnya, para pelaku membidik anak dibawah umur sebagai korbannya karena mereka merupakan target yang paling rawan dan paling gampang dikelabui.

"Karena rata-rata anak dibawah umur itu usianya masih dini, mereka masih bisa istilahnya ini masih mentah, kalau dibawah dari itu kan agak sulit," ujarnya.

Faktor lainnya sebagai daerah perbatasan, di Nunukan banyak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang gagal meraih sukses di Malaysia. Setelah gagal, Nunukan menjadi tempat terakhir bagi mereka menggantungkan harapannya dengan mencari pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan.

Terkadang jika gagal juga di Nunukan, akan muncul depresi sehingga mendorong mereka melakukan tindakan asusila.

"Kalau saya rasa untuk masalah ini lebih kepada psikologis seseorang. Ini karena kita di Nunukan ini banyak TKI, sayangnya mereka banyak yang gagal. Ini salah satu faktor mental yang rusak dalam artian bahwa mereka punya satu kegagalan, bahwa mereka tidak berhasil dan begitu ada celah mereka memanfaatkan itu," ujarnya.

Antara kegagalan dan minimnya tempat hiburan masih erat kaitannya. TKI yang gagal sulit mencari tempat pelampiasan keluar karena tidak dapat hiburan. Dewi menegaskan, ia bukan dalam konteks mendukung atau tidak mendukung tempat hiburan di Nunukan. Namun ia lebih memaparkan kondisi riil yang ada di Nunukan.

"Kalau di kota-kota besar juga banyak terjadi kriminal, karena populasinya yang banyak. Tempat hiburannya banyak tetapi populasinya banyak. Kita populasinya tidak seberapa tetapi memang kita keadaan kita perbatasan seperti ini. Coba deh di cek, rata-rata pelaku itu kan pengangguran. Terus mereka dulunya darimana? Ada yang dari Tawau. Kalau saya, perlu kepada masalah mental mereka yang kurang bisa siap menerima sebuah kegagalan," ujarnya.

Baca Juga:

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved