Jumat, 5 September 2025

RSSA Sukses Lakukan Transplantasi Ginjal

Padahal yang umum diketahui saat ini, transplantasi ginjal dianggap sebagai tindakan yang sangat berisiko

TRIBUNNEWS.COM,MALANG – RSU Dr Saiful Anwar (RSSA) untuk pertama kalinya mencatatkan prestasi berhasil menjalankan operasi transplantasi atau pencangkokan ginjal.

Padahal yang umum diketahui saat ini, transplantasi ginjal dianggap sebagai tindakan yang sangat berisiko mengingat tingkat kecocokan antara pasien penerima (resipien) dan donor harus benar-benar tinggi.

Namun, masalah ketidakcocokan itu bisa diatasi tim dokter RSSA yang tergabung dalam Tim Transplantasi Ginjal. Dalam pers rilis yang dikirim hari ini (17/8/2012), direktur RSSA, Dr dr Basuki B Purnomo Sp,U, menyebutkan bahwa prestasi tersebut mereka buktikan setelah berhasil melakukan transplantasi terhadap Prof Sochib PhD (52), pasien gagal ginjal sejak 2011.

Sochib yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Negeri Malang (UM) mendapatkan ginjal dari seorang donor yang ingin identitasnya tetap dirahasiakan.

”Pasien sebelumnya menjalani hemodialisis dengan frekuensi 2 kali seminggu. Penyakit gagal ginjal pasien ini didasari oleh penyakit Diabetes yang diderita sejak 12 tahun lalu,” terang Basuki.

Transplantasi ginjal tersebut melibatkan 41 dokter dari berbagai spesialisasi seperti spesialis Nefrologi, spesialis bedah Urologi, spesialis bedah vaskuler, ahli anestesi, ahli radiologi, ahli patologi klinis, ahli patologi anatomi, psikolog, spesialis jantung, spesalis penyakit dalam, dan berbagai spesialisasi lainnya, termasuk farmasi dan gizi. Selain itu, dua dokter dari RS Cikini Jakarta juga ikut terlibat.

“Proses screening terhadap resipien dan donor sudah kami lakukan pada bulan Mei dan Juni kemarin untuk mendapatkan nilai kecocokan antara keduanya dan untuk mengetahui apakah operasi patut dilaksanakan,” imbuhnya.

Basuki menegaskan, keberhasilan transplantasi ginjal yang dilakukan terhadap Sochib adalah keberhasilan pertama di wilayah Malang Raya. Hal ini menjadi sangat menarik karena dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi.  Disebutkan beresiko tinggi, karena dari proses screening,  diketahui bahwa tingkat kecocokan antara donor dan resipien sangat rendah. Selain itu, Sochib juga memiliki masalah metabolik seperti diabetes, gemuk, hipertensi, dan problem jantung.

“Tapi dengan pemberian obat-obatan penekan rejeksi, kecocokan minimal itu bisa diatasi. Operasi pada pasien sendiri dilakukan tim dokter tanggal 28 Juli 2012 kemarin dan berlangsung selama enam jam. Sekarang kondisi pasien sudah sangat baik dan dalam beberapa hari akan bisa pulang,” urai Basuki lagi.

Yang tak kalah menarik, Sochib adalah pasien gagal ginjal pertama di Jawa Timur yang mendapat pendanaan dari Askes yang berarti pembiayaan pengobatan juga akan jauh lebih murah ketimbang pengobatan-pengobatan yang dilakukan di luar negeri. Hanya saja, belum bisa dipastikan berapa biaya tersebut karena masih menunggu Sochib pulang dari RS.

 “Bantuan dari Askes mencapai sekitar 113 juta untuk biaya cangkok ginjal. Ini lebih murah dibandingkan di RSCM atau RS Cikini yang kisarannya mencapai 120 sampai 150 juta. Harapannya, dengan keberhasilan ini pasien yang akan cangkok ginjal tidak perlu lagi ke luar negeri,” pungkas Basuki.

Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan