Jumat, 22 Agustus 2025

Kerusuhan Sampang

215 Warga di Sampang Tinggal Dipengungsian

Pascaperistiwa kekerasan yang terjadi Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura, Minggu

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto 215 Warga di Sampang Tinggal Dipengungsian
SURYA/Muchin Rasyid/SURYA/Muchin Rasyid
Ratuan massa bersenjatakan tajam berupa celurit, gobang membakar empat rumah, sekolah, tempat ibadah dan toko hingga rata dengan tanah. di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, Kamis. (29/12/2011) Untuk Menghidari jatuhnya korban Kepolisian mengajak warga mengungsi dari tempat yang aman. Saat ini kasusnya ditangani Kepolisian Resor Sampang. (SURYA/Muchin Rasyid)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pascaperistiwa kekerasan yang terjadi Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura, Minggu (26/8/2012) kini ada sekitar 215 warga tinggal dipengungsian untuk menghindari aksi penyerangan susulan.

"Meninggal dunia satu orang, enam luka-luka, dan 215 orang mengungsi," kata Kapolres Sampang, AKBP Solehan kepada tribunnews.com, Senin (27/8/2012).

Sementaran menurut Sekretaris Jenderal Ahlulbait Indonesian Ahmad Hidayat menuturkan bahwa sejak Desember 2011 ancaman selalu ada secara sporadis terhadap masyarakat syiah yang ada di Sampang. Untuk menjaga tidak meletusnya aksi kekerasan, menurut Ahmad, Polres Sampang melakukan upaya yang cukup, meskipun pada akhirnya kecolongan.

"Tapi ada upaya pendekatan yang baik dengan muslim syiah. Sehingga tiap kejadian mereka (masyarakat) melaporkan ke Kapolsek sejumlah teror ancaman dan rencana oleh kelompok yang tidak manusiawi," ungkapnya.

Kemudian kemarin Minggu (27/8/2012) sekitar pukul 09.00 WIB setelah anak-anak pulang berlebaran dari rumah masing-masing dan akan kembali ke pesantren, tiba-tiba dihadang massa dengan menggunakan sepeda motor dengan membawa senjata tajam dan menghalangi anak-anak untuk tidak pulang ke pesantren.

"Ada dua bus yang dihadang. Satu bus tertahan satu bus lolos," ucap Ahmad.

Kemudian anak-anak yang baru berusia SMP yang dihadang tersebut merasa jengkel, kata-kata kekesalan yang diteriakan kepada sang penghadang memicu aksi pelemparan dari massa penghadang terhadap anak-anak tersebut.

Kemudian orangtua santri dan anak-anak tersebut berupaya melakukan pembela sampai akhirnya aksi kekerasan pun pecah akibatnya satu orang meninggal dunia atas nama Hamama. "Tohir masih dalam keadaan kritis dirawat di rumah sakit," ucap Ahmad.

Menurut Ahmad di Dusun Nangkernang ada sekitar 143 kepala keluarga dengan jumlah masyarakat sekitar 600 jiwa. Dari 600 jiwa terebut baru sekitar 200 jiwa yang dievakuasi.

"Kemana selebihnya? Mereka lari bersembunyi, kita minta untuk segera menyisir, mencari, dan mengamankan mereka yang dalam persembunyian agar tidak terjadi pembunuhan baru," ungkap Ahmad.

Baca Juga:

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan