Selasa, 9 September 2025

Kopi Preanger Dijual ke Jatim

Perhutani Garut memutuskan untuk menjual kopi pada sebuah perusahaan di Sidoarjo yang menertapkan harga tinggi atas kopi yang diterimanya

Editor: Budi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM GARUT, - Hasil panen kopi preanger di Kabupaten Garut tahun 2011 meningkat 18 kali lipat dari hasil panen tahun 2010. Apabila pada 2010 Kabupaten Garut memproduksi 10 ton gabah kopi, tahun lalu bisa mancapai 180 ton.

Diperkirakan, tahun ini produksi kopi preanger akan kembali meningkat dari tahun sebelumnya. Sebab, sampai bulan Agustus 2012, panen kopi telah mencapai 120 ton.

Kepala Urusan Hukum Agraria dan Kehumasan Perhutani KPH Garut, Jaenal Abidin, mengatakan penanaman kopi preanger dilakukan di kawasan hutan lindung di Kabupaten Garut seluas 10 ribu hektare.

"Kami optimistis produksi kopi preanger akan mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya. Sebab, dalam waktu dua tahun saja, peningkatan jumlah produksinya bisa mencapai 18 kali lipat," kata Jaenal saat ditemui di Kantor Perhutani Kabupaten Garut, Kamis (6/9/2012).

Menurut Jaenal, dari 75 ribu hektare lahan hutan lindung di Kabupaten Garut, baru 10 ribu hektare yang digunakan secara maksimal. Dengan demikian, masih terdapat banyak lahan untuk dasar pengembangan perkebunan kopi preanger. Inilah, tuturnya, yang menjadi alasan kuat bahwa produksi kopi di tahun-tahun mendatang bisa mengalami peningkatan.
Pengembangan tanaman kopi di lahan hutan lindung, ucapnya, bertujuan menjaga kelestarian hutan dan mencegah bencana longsor dan erosi tanah. Selain itu, tuturnya, tanaman kopi mampu menyimpan cadangan air.

Hasil produksi kopi preanger, tuturnya, dikelola 35 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Kabupaten Garut. Perhutani kemudian menampung kopi-kopi tersebut untuk dijual pada perusahaan di Sidoarjo, Jawa Timur, dengan harga jual Rp 23 ribu per kilogram.
Keuntungan Perhutani dari penjualan gabah kopi preanger, ujarnya, hanya mencapai Rp 2.000 per kilogram, sedangkan seluruh keuntungan dari penanaman dan perawatan diberikan kepada masyarakat.

Selain itu, pihaknya akan melakukan sistem satu pintu untuk menjual kopi preanger yang diproduksi di wilayah hutan Kabupaten Garut. Dengan demikian, harga kopi tetap diketahui secara terbuka oleh para petani kopi dari satu sumber informasi yang terpercaya saja.

Sebelumnya, ujar Jaenal, harga jual gabah kopi di pasaran tidak merata. Sebagian distributor membeli satu kilogram gabah kopi kurang dari Rp 10 ribu. Namun, terdapat distributor lainnya, yang menerapkan harga sampai Rp 22 ribu per kilogram.

Selanjutnya, ujarnya, Perhutani Garut memutuskan untuk menjual kopi pada sebuah perusahaan di Sidoarjo yang menertapkan harga tinggi atas kopi yang diterimanya. (sam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan