Jumat, 10 Oktober 2025

Soffia Seffen, Penggagas Bank Sampah di Sekolah

Bank Sampah memang bukan hal baru. Sebab beberapa kawasan pemukiman pun memdirikan

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Soffia Seffen, Penggagas Bank Sampah di Sekolah
Net
Soffia Seffen, Penggagas Bank Sampah di Pekanbaru

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Fernando

TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Bank Sampah memang bukan hal baru. Sebab beberapa kawasan pemukiman pun memdirikan Bank Sampah guna mengelola sampah dengan baik. Tapi bakal sangat istimewa Bank Sampah pun masuk ke sekolah. Sehingga para siswa pun belajar tentang pengelolaan sampah.

Hal itulah yang kemudian membuat sosok Good Citizen kali ini menggagas Bank Sampah di sekolah. Selain mengajak para siswa mengelola Sampah. Mereka juga diajak untuk mengenal sampah dan bisa bermanfaat ekonomis.

"Ini gagasan bersama karena adanya panggilan hati. Makanya saya ingin mengajak para siswa untuk ikut aktif di Bank Sampah," ujar wanita bernama lengkap Soffia Seffen saat berbincang dengan Tribun.

Diceritakannya, bahwa keinginan itu muncul untuk mengajak para siswa bisa mengelola sampah. Bahkan mengajak mereka untuk bisa melakukan daur ulang nantinya. Sehingga sampah yang mereka kumpulkan bisa memiliki nilai ekonomis.

"Mereka pun pasti bakal terbantu secara ekonomi, sambil berupaya mengurangi pencemaran,"ujar wanita berjilbab ini.

Sebelumnya, kata Soffia dibentuknya Bank Sampah dilakukan guna mengubah pola pikir masyarakat. Terutama merubah prilaku akan pola pikir. Nah, adanya Bank Sampah di sekolah bisa mengajak para siswa sejak dini sadar akan lingkungan dan berupaya menyelamatkan lingkungan dari tumpukan sampah nantinya.

Akhirnya hal itu membuat Soffia menggagas Bank Sampah di sekolah. Tepatnya akhir tahun 2011, Ia mulai mensosialisasikan pada para siswa agar sampah non norganik dipilah dengan yang organik. Sebab Sampah Non Organik itu bisa jadi simpanan di Bank Sampah.

Keberadaan Bank Sampah di sekolah tersebut rupanya mendapat respon positif. Sehingga Bank Sampah yang berlokasi di SDn 95 diresmikan pada 2012.

Sekolah yang berlokasi di Kelurahan Rejosari menjadi sekolah pertama yang menjadi lokasi berdirinya Bank Sampah. Mereka yang ada di sekolah sangat antusias, tak hanya siswa yang menabung. Tapi juga para guru juga menabung sampah satu kali di tiap pekannya.

Setelah itu, Bank Sampah Sekolah pun berkembang di sejumlah cabang. Seperti di SMAN 1 Pekanbaru,SDN 16 Pekanbaru, SMK Pertanian, SD Al Azhar, SDN 05 Bukit Raya, Fakultas Teknik Universitas Riau, Stikes Hangtuah hingga TK Harapan Bunda. "Program ini akhirnya menyebar. Sehingga mendirikan cabang di beberapa sekolah dan juga instansi pendidikan," ungkap wanita kelahiran Pekanbaru, 1 September 1973.

Di bank tersebut, kata Soffia para nasabah memang disiapkan buku tabungan. Layaknya menabung di Bank. Setiap nasabah Bank Sampah Sekolah menyetor sampah dengan banyak yang beragam tiap pekannya.

Harganya bervariasi Seperti koran dihargai Rp 1000/2 kg. Kebanyakan yang mereka setor ialah sampah kemasan. Sehingga bisa didaur ulang dan bernilai ekonomis. Sebagian hasil harga disumbangkan.  

"Hingga kini sudah ada lebih dari 1500 orang yang menjadi nasabah Bank Sampah. Baik siswa maupun masyarakat. Serta membentuk Bank Sampah di Perumahan UNRi, Jalan Sepakat Kulim, Garuda Sakti, Perumahan Jalan Utama Kulim dan Perumahan Sidolmulyo," ulas Wanita yang bekerja di Pusat Eko Region Sumatera Kementrian Lingkungan Hidup.

Selain itu, kini Pengelola Bank Sampah yang berpusat di Jalan Gajah, Kulim itu juga sibuk mengajak masyarakat untuk bisa mendaur ulang sampah non organik menjadi benda bernilai guna dan ekonomis.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved