Senin, 8 September 2025

30 Tahun Bentara Budaya

Pengayuh Becak Ini Tak Menyangka Dapat Bentara Budaya Award

Wajah Sulasno nampak sumringah saat bersama dengan sembilan seniman lainnya mendapatkan Bentara Budaya Award

Penulis: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Pengayuh Becak Ini Tak Menyangka Dapat Bentara Budaya Award
Tribun Jakarta/Bian Harnansa
Presiden Komisaris Kompas Gramedia, Jakob Oetama memberi penghargaan kepada tukang becak dan pelukis kaca dari Yogyakarta, Sulasno pada peringatan 30 Tahun Bentara Budaya di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (26/9/2012). Peringatan 30 tahun lembaga kebudayaan milik Kompas Gramedia mengangkat tema besar Slenco untuk melihat Indonesia dari sisi hati nurani. (TRIBUN JAKARTA/Bian Harnansa)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wajah Sulasno nampak sumringah saat bersama dengan sembilan seniman lainnya mendapatkan Bentara Budaya Award. Pria yang kesehariannya menekuni seni lukis ini tidak menduga akan mendapatkan penghargaan ini.   

"Sama sekali saya tidak menyangka akan memperoleh perhatian dari Bentara Budaya. Apalagi selama ini jarang yang memperhatikan saya termasuk pemerintah,"  tutur pengemudi becak ini saat ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (26/9/2012) malam.   

Diakuinya, saat era 1992-1998, pemerintah masih memberikan perhatian.

Disinggung mengenai penggunaan uang yang diperoleh dari Bentara Budaya ini, ia menyatakan akan dipergunakan untuk membeli peralatan melukis yang harganya mahal. "Ya juga untuk kebutuhan sehari-hari. Khususnya biaya kontrakan. Itu yang paling penting," kata Sulasno.

Dikatakannya, meski sekarang ini untuk menjual lukisan kaca cukup susah namun dirinya berkomitmen untuk terus melukis kaca. Sekarang, satu lukisan yang dibuat Sulasno selama 2 atau 3 bulan belum tentu laku.

Kondisi ini berbanding terbalik sebelum terjadinya bom Bali. Para turis asing yang dulu banyak menjadi konsumen lukisannya, sekarang nyaris tak ada. Akhirnya, demi menyambung hidup, Sulasno pun bertahan menjadi pengayuh becak.

"Dulu banyak konsumen luar negeri membeli mulai dari Perancis, Itali, Malaysia Singapura. Kondisi ini membuat saya tetap bertahan untuk menjadi pengayuh becak," tuturnya

Untuk harga lukisannya, Sulasno mengaku sebenarnya tidak mematok harga tinggi dan bisa disesuaikan dengan budjet calon pembelinya. "Harga enggak menjadi hal terpenting. Membeli tidak harus mengeluarkan uang yang banyak," tutur Sulasno yang mengaku tidak tahu jumlah lukisan kacanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan