Jumat, 3 Oktober 2025

Peternak di Banjar Panen Ikan Busuk

Panen ikan busuk dialami ratusan pemilik keramba di dua kecamatan di Banjar, Astambul dan Karangintan

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Peternak di Banjar Panen Ikan Busuk
Serambi Indonesia
Ribuan ikan mati

Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Rendy Nicko

TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Panen ikan busuk dialami ratusan pemilik keramba di dua kecamatan di Banjar, Astambul dan Karangintan. Tiap pagi, mereka mendapati ribuan ikan milik mereka, mati. Kerugian mereka diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
    
Untung saja, ikan-ikan yang sudah memperlihatkan tanda-tanda akan mati dan belum busuk masih bisa dijual baik melalui tengkulak yang datang ke desa-desa maupun langsung ke pasar.
    
Akan tetapi, harga jual berbagai jenis ikan seperti nila, bawal, mas dan baung itu, jauh lebih murah. Seperti nila yang biasa dijual Rp 18 ribu per ekor, hanya dihargai Rp 4 ribu hingga 9 ribu per ekor tergantung besar kecilnya ikan.
       
"Terpaksa dijual murah untuk menutupi kerugian. Mau bagaimana lagi," kata seorang pemilik keramba di Desa Pingaranulu, Astambul, Marwani, Minggu (28/10/2012).
      
Diungkapkan dia, sebelum mati, ikan yang dipeliharanya bermunculan di permukaan air dan berputar-putar seperti mabuk. Setelah itu, beberapa jam kemudian, ikan itu mengambang dalam kondisi mati.
     
"Biasanya, jika sore sudah ke permukaan, paginya mengambang, mati. Itu terjadi di delapan keramba saya. Bahkan, seluruh indukan ikan mas saya juga mati," tegas dia.
      
Aktivitas menjual ikan dalam kondisi mulai membusuk juga dilakukan Hj Masrah. Tiap pagi, dia mengumpulkan ikan-ikan itu lalu dijualnya ke pasar. "Dari pada saya rugi. Lebih baik dijual saja jadi uang," cetusnya. Selain dijual, ada juga pemilik keramba yang  menjadikan ikan malang itu sebagai lauk makan.
    
Berdasar data Dinas Kelautan dan Perikanan Banjar, daerahnya adalah kawasan pengembangan minapolitan budidaya ikan di Kalsel. Penetapan kawasan itu dikarenakan Banjar memiliki potensi perairan karena didukung tiga sungai besar yakni Sungai Martapura, Sungai Riamkanan dan Sungai  Riamkiwa.
      
Luasan areal budidaya yang dapat dimanfaatkan di Sungai Martapura sekitar 427.133 hektare, Sungai Riamkanan seluas 161.132 hektare dan Sungai Riamkwa 191.132 hektare.
    Sungai Surut
    
 Pembakal Pingaranulu, H Ahmad Zaini mengatakan banyaknya ikan yang mati terjadi sejak tiga hari lalu. Puncaknya terjadi Sabtu (27/10/2012) malam.
      
"Perkiraan kami, sungai tidak lancar mengalir. Kurang tahu apa penyebabnya, apakah sungai surut atau pintu saluran irigasi ditutup," kata dia.
      
Zaini menduga tiap keramba ada potensi kerugian sekitar Rp 35 juta. "Di Desa Pingaranulu saja, jumlah keramba sekitar 200 unit. Jadi perkiraan kerugian mencapai miliaran jika dihitung sampai Karangintan," kata dia.
      
Berdasar pantauan BPost, kondisi serupa memang juga terjadi di Karangintan. Di hampir tiap keramba ada ikan peliharaan yang mengambang dan mulai berbau. Bahkan, ikan bukan peliharaan juga berputar-putar di permukaan air. Kondisi itu langsung dimanfaatkan anak-anak untuk menjaring mereka.
    
Sayang, Kepala Seksi Kesehatan dan Budidaya Ikan Dinas Perikanan dan Kelautan Banjar, Shipliansyah mengaku belum mengetahui situasi tersebut. Namun, dia berjanji mendatangi lokasi untuk memeriksa sekaligus mencari penyebab kematian massal ikan tersebut. Jika berdasar hasil pemeriksaan, ikan-ikan itu mati karena suatu penyakit, akan diberi obat (semacam vitamin C).
      
Akan tetapi, Shipli memperkirakan ada dua penyebabnya, yakni surutnya air sungai dan perubahan cuaca. "Ketika kemarau, pakan ikan yang mengandung zat tertentu banyak mengendap di bawah. Dan ketika turun hujan, endapan itu naik sehingga membuat hewan di air menjadi mabuk," kata dia.
    
Tentang kerugian yang ditanggung pemilik keramba, Shipli belum bisa memastikan. Akan tetapi, dia mengatakan jumlah keramba di dua kecamatan itu mencapai ribuan unit.
     
"Anggap saja satu keramba berisi ikan berbobot 200 kilogram dikali harga termurah sekitar Rp 15 ribu, maka kerugian sudah puluhan juta rupiah. Itu baru satu keramba, yang ada ribuan keramba," ucapnya.
    
Mengenai dugaan penutupan pintu air irigasi langsung dibantah Kabid Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan SDA Banjar, M Ikhsan. Menurut dia, pintu air tidak ditutup jika saluran irigasi tidak sedang dibersihkan.
     
"Mungkin, sumber air di Waduk Riamkanan tidak banyak sehingga buangannya ke saluran irigasi, sedikit. Minimnya curah hujan membuat persediaan air di waduk menjadi berkurang. Selain untuk menjalankan turbin, sebagian sisanya dialirkan ke saluran irigasi. Mungkin saat ini irigasinya kebagian sedikit," ujar Ikhsan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved