Selasa, 30 September 2025

Jakarta Fashion Week 2013

Batik Belanda, Asing Namanya Tapi Akrab Motifnya

Batik Belanda mungkin terdengar asing, bila dibandingkan nama batik lainnya.

Penulis: Daniel Ngantung
Batik Belanda, Asing Namanya Tapi Akrab Motifnya - batik_belanda3.jpg
TRIBUN JAKARTA/DANIEL NGANTUNG
Batik Belanda mungkin terasa asing didengar bila dibandingkan nama batik lainnya. Padahal tanpa disadari, batik ini sangat akrab dengan kita.
Batik Belanda, Asing Namanya Tapi Akrab Motifnya - batik_belanda2.jpg
TRIBUN JAKARTA/DANIEL NGANTUNG
Batik Belanda mungkin terasa asing didengar bila dibandingkan nama batik lainnya. Padahal tanpa disadari, batik ini sangat akrab dengan kita.
Batik Belanda, Asing Namanya Tapi Akrab Motifnya - batik_belanda1.jpg
TRIBUN JAKARTA/DANIEL NGANTUNG
Batik Belanda mungkin terasa asing didengar bila dibandingkan nama batik lainnya. Padahal tanpa disadari, batik ini sangat akrab dengan kita.
Batik Belanda, Asing Namanya Tapi Akrab Motifnya - batik_belanda4.jpg
TRIBUN JAKARTA/DANIEL NGANTUNG
Batik Belanda mungkin terasa asing didengar bila dibandingkan nama batik lainnya. Padahal tanpa disadari, batik ini sangat akrab dengan kita.

Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM - Belanda dan Indonesia. Dua bangsa yang sama-sama berbagi sejarah. Terlepas dari masa kelam Indonesia saat berada di bawah jajahan Belanda, ada buah yang dihasilkan dari interaksi dua bangsa ini yakni adanya  asimilasi budaya. Salah satunya tercermin dalam kain batik Belanda.

Batik Belanda mungkin terdengar asing, bila dibandingkan nama batik lainnya. Mengapa disebut batik Belanda?Ternyata ini karena batik ini banyak digunakan para noni-noni Belanda zaman dulu.

Tapi sebenarnya tanpa disadari, batik ini sangat akrab dengan kita. Salah satunya adalah batik dengan motif buketan atau motif bunga. Kata Buketan sendiri berasal dari bouquet yang berarti bunga. Batik bermotif bunga-bungaan ini adalah hasil amilasi budaya Belanda dengan Indonesia.

Adalah Iwan Amir, Sischaet Detta dan Lulu Lutfi, tiga desainer muda yang mencoba mengangkat kembali nama batik Belanda. Di bawah dukungan Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, ketiga koleksi ini ditampilkan dalam pagelaran busana bertajuk "The Revival of Batik", di Fashion Atrium Jakarta Fashion Week 2013, Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (7/11/2012).

"Sangat senang sekali ada tiga desainer muda Indoneisa yang mengeksplor keindahah batik Belanda ini. Tentu saja kerja semacam ini bisa dilakukan dalam jangka panjang hingga nantinya busana batik Belanda hasil rancangan desainer lokal bisa dinikmati para kaum urban di Belanda," ujar Ton Van Zeeland, Direktur Erasmus Huis kepada Tribun.

Di tangan tiga desainer jebolan dan finalis Lomba Perancang Mode (LPM) 2011, batik Belanda disulap menjadi busana-busana dengan sentuhan modern.

Pagelaran dibuka dengan koleksi terbaru Iwan Amir yang menampilkan busana-busana berwarna lembut, seperti kuning hijau, dan merah muda, dan dimoinasi motif bunga. Kesan feminin kembali diterjemahkan juara pertama LPM 2011 ini dalam terusan pendek, gaun, celana 3/4, dan blazer. Beberapa pilihan jumper menjadikan koleksi ini terlihat lebih urban.

Usai Iwan, giliran Sischaet Detta pamer karya.

"Koleksi kali ini lebih tentang peperangan melawan VOC. Ini saya hadirkan dalam motif peperangan, warnanya juga dipadukan dengan" kata Sischett.

Ia menggunakan batik bermotif orang-orangan yang berperang dalam palet warna cokelat. Agar terlihat lebih "keras", Chico, begitu panggilannya, memadukannya dengan bahan kulit berwarna emas. Hasil akhirnya pun memberi kesan edgy - apalagi dalam presentasinya ia memadukan dengan aksesori-aksesori unik seperti kacamata "berduri" dan kalung emas berantai , serta sepatu-sepatu supertinggi dengan hiasan ukiran pada haknya.

Jumper, body-con dress, blouse bersiluet kotak dengan panel emas yang mengeliling bagian kelimannya, aksen pada kerah mewarnai 12 set busana yang ditampilkannya saat itu. Gayanya mungkin bisa dipresentasikan

Show  terakhir yang tampil adalah hasil kreasi Lulu Lutfi Labibi yang menampilkan  24 set busana. Lulu yang juga pembatik, mendesain sendiri motif Batik Belanda dalam kainnya.

Kesan mewah terasa pada koleksinya ini dengan menghadirkan batik floral dan burung warna-warni berlatarbelakangkan warna gelap. Sederetan atasan bersiluet coat, ponco, blouse lilit dengan aksen pada ikat pinggang dan permainan ritsleting yang asimetris mendominasi koleksinya ini.    

Paduan batik lurik, jenis batik yang biasa digunakan untuk pakaian pria, memberi sentuhan kesan maskulin.  

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan