Mahathir: Ketamakan Musabab Krisis Dunia Barat
Demokrasi tak selamanya baik. Secara sistem, demokrasi bisa saja dianggap sebagai yang terbaik dewasa ini, namun posisinya juga mengancam
Penulis:
Y Gustaman
Editor:
Johnson Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demokrasi tak selamanya baik. Secara sistem, demokrasi bisa saja dianggap sebagai yang terbaik dewasa ini, namun posisinya juga mengancam stabilitas negara dan menghalangi pertumbuhan ekonomi.
Demikian disampaikan bekas Perdana Menteri Malaysia periode 1981-2003, Dr Mahathir Mohamad kala mengisi stadium generale dalam acara Dies Natalis ke-27 Universitas Mercu Buana, Meruya, Jakarta Barat, Kamis (7/11/2012).
Menurut Mahathir, Demokrasi menjanjikan kebebasan. Namun seringkali kebebasan tanpa batas membuat perubahan politik, ekonomi, membuat runtuh sebuah negata. Hal itu nampak dari krisis keuangan yang terjadi di Eropa.
"Kalau kita mau mengamalkan demokrasi, rakyat harus paham kebebasan demokrasi ada batasan. Batasan ini yang menentukan kestabilian yang membawa ekonomi dan kesejahteraan," ujar Mahathir.
Namun, demokrasi di Eropa dan dunia barat tidak menyadari kebebasan yang ada batasnya itu, sehingga ekonomi mereka hancur ketika produksi mereka terhenti dan memilih mengembangkan ekonomi lewat pasar keuangan.
Beruntung, kendati dihantam krisis ekonomi pada 1997, ASEAN dapat selamat dari kriris keuangan dunia. Negara ASEAN dapat tumbuh meski tak melejit seperti dulu karena kekuatan yang terjadi dalam negeri.
Jika menengok pertumbuhan di Yunani dan Spanyol, ASEAN masih patut dibanggakan karena kuat menahan krisis. Mengingat Eropa dan Barat tidak cukup memperkuat pasar produksinya ke luar negeri dan memilih ekonomi keuangan sebagai jalan keluar.
"Negara Barat yang diserbu barang buatan dari luar, mereka beranjak memasuki bidang keuangan untuk meraih kekayaan. Mereka begitu tamak sehingga sanggup merekayasa keuangan," terang Mahathir.
Akibatnya, banyak perbankan di sana merugi karena harus menutupi kebangkrutan dalam negeri yang tak bisa mereka kawal. Sehingga di sana sini memunculkan kondisi negara tak stabil di tengah para pekerjanya tetap meminta diupah tinggi.
Karena itu, Mahathir melanjutkan, sebagai dunia Timur dengan mewarisi tradisi lokal, demokrasi tak harus ditelan bulat-bulat. Kadangkala, semua sistem yang datang dari Barat harus diantisipasi dan dicurigai.
Mahathir juga tak sepenuhnya menyambut positif dengan globalisasi yang digaungkan barat. Pasalnya, globalisasi diciptakan untuk memenuhi hasrat kepentingan mereka tanpa mengindahkan negara yang belakangan menerima globalisasi.
"Mereka tidak menghiraukan rancangan kita (sebagai negara di ASEAN). Kita harus hati-hati dengan rancangan globalisasi sekarang. Kita harus memeriksa kesan dan ide yang datang dari mereka. Kalau kita ikuti kehendak mereka maka kita akan merugi," tukasnya.
Klik: