Gundukan Tanah Itu Dianggap Jadi Makam Rostini dan Siti
PULUHAN pasang kaki menginjakkan telapaknya di tumpukan tanah bekas longsor di

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Agung Yulianto
TRIBUNNEWS.COM -- PULUHAN pasang kaki menginjakkan telapaknya di tumpukan tanah bekas longsor di RT 04/14, Kampung Sungapan, Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Minggu (2/12/2012). Tanah itu masih gembur karena bercampur air. Sebagian ada yang melaksanakan salat gaib dan sebagian lainnya berdoa.
Setelah menyelesaikan salat gaib, Ade Suherman bersama anak pertamanya, Rosianwar, menaburkan bunga di tumpukan kecil tanah yang menyerupai makam. Di tempat ini, Rostini dan Siti Tresna Asih menjadi korban longsor yang terjadi pada Minggu (18/11/2012) malam.
Ritual salat gaib dan menabur bunga ini dilakukan sebagai simbol penghentian pencarian keduanya yang sudah berlangsung dua pekan. Pada satu pekan setelah kejadian, tim gabungan secara resmi sudah menghentikan pencarian, yang sudah dilakukan maksimal. Di antaranya di tumpukan longsor dan sepanjang Sungai Ciwidey.
Pencarian berlanjut sepekan terakhir oleh keluarga, warga, yang masih dibantu anggota TNI dan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung dan BPBD Jawa Barat. Namun pencarian kedua korban masih nihil.
Ade Suherman, suami Rostini, mengatakan, ini ritual untuk memperingati meninggalnya istri dan anak bungsunya. Pria berusia 46 ini sudah ikut berusaha mencari keduanya selama dua pekan.
"Kami memutuskan untuk mengakhiri pencarian. Kami sudah ikhlas dan sudah maksimal melakukan pencarian, baik itu di tumpukan tanah maupun di aliran Sungai Ciwidey. Tapi hasilnya belum ada," katanya kepada Tribun.
Dia meyakini kedua korban sudah meninggal dan terbawa arus sungai. Apalagi sejumlah perabot rumah tangga sudah tidak ditemukan di bawah tumpukan tanah longsor. Untuk mengenang istri dan anaknya itu, Ade membuat satu gundukan tanah di lokasi longsor semacam makam bagi keduanya.
"Selama pencarian satu pekan terakhir ini, kami sudah mendapat bantuan peralatan dan logistik dari pemerintah. Selain itu juga tenaga, baik dari TNI maupun dari tim penyelamat lainnya. Kami yakin, keduanya terseret arus sungai karena di tumpukan longsor sudah tidak ada," ujarnya.
Bahkan, Ade mengatakan, pencarian juga turut dibantu sejumlah paranormal dari berbagai daerah, termasuk Jawa Tengah. Namun, semua paranormal tidak bisa memastikan di mana keberadaan kedua korban.
"Ada beberapa paranormal. Ada yang datang dari Cilacap juga. Tapi mereka tidak bisa memastikan, apakah jenazah berada di tumpukan longsor atau terbawa arus. Mereka juga yakin istri dan anak saya sudah terbawa arus Sungai Ciwidey," kata Ade dengan terisak. Dia membawa foto istri dan anaknya yang dibingkai.
Pria yang mengenakan baju koko dan peci putih ini mengaku tidak memiliki firasat apa-apa sebelum kejadian. Pun selama pencarian korban dua pekan ini, dia tidak mengalami mimpi aneh atau cerita lainnya. (*)
Klik Tribun Jakarta Digital Newspaper