Sabtu, 11 Oktober 2025

Harga Melambung Akibat Tak Ada Sapi di RPH

Mahalnya harga daging sapi terus berlanjut sampai sekarang

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Harga Melambung Akibat Tak Ada Sapi di RPH
Kompas Nasional/HERU SRI KUMORO
Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ida Romlah

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Mahalnya harga daging sapi terus berlanjut sampai sekarang. Kelangkaan sapi di rumah potong hewan (RPH) dianggap sebagai pemicu mahalnya harga daging sapi di tingkat eceran di sejumlah pasar tradisional di Jabar.

Untuk mengatasi krisis itu, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) berencana mendatangkan 25.000 ekor sapi ke Jabar. Sebanyak 20.000 ekor di antaranya berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), dan 5.000 ekor sisanya dari luar negeri (sapi impor).

Ketua Asosiasi Pengusaha Daging dan Sapi Potong (Apdasi) Jabar, Dadang Iskandar mengaku menyambut positif atas kebijakan pemerintah yang akan mendatangkan puluhan ribu ekor sapi ke Jabar guna menutupi kelangkaan sapi di RPH. Jika sapi tersedia dengan baik di RPH, Dadang yakin harga daging sapi di pasar tradisional di Jabar akan stabil.

"Kami menyambut positif kebijakan tersebut, tapi kebijakannya harus tepat sasaran," kata Dadang kepada Tribun melalui sambungan telepon, Minggu (2/12/2012) sore.

Disebut tepat sasaran, kata Dadang, adalah manakala sapi dari luar itu langsung dikirim ke RPH. Dia berharap pemerintah pusat menunjuk Perum Bulog untuk operasi pasar sapi yang siap dipotong langsung ke RPH, jangan ke tempat lain. "Kenapa ke RPH? Karena harga daging tinggi sekarang ini akibat tak ada sapi di RPH," ujarnya.

Jika sapi dikirim langsung ke RPH, kata Dadang, pengusaha sapi siap bekerja sama dengan cara membeli sapi-sapi tersebut kepada pemerintah.

Dadang mengungkapkan, jika sapi dari luar nanti masuk ke feedloader (penggemukan sapi), dia meminta pemerintah pusat memperbaiki tata niaga sapi. Sebab tata niaga sapi di Indonesia saat ini memberi kesempatan kepada pengusaha besar untuk memonopoli perdagangan sapi.

"Saat ini disebutkan kalau pengiriman sapi dari Jateng ke Jabar normal, tapi kenapa di RPH tak ada sapi? Tentu ini ada permainan dari spekulan. Mereka menampung sapi lalu ditahan dan terciptalah harga yang tinggi," kata Dadang.

Menurut Dadang, dalam peraturan Mendag disebutkan jika feed loader diperbolehkan membeli sapi impor dan lokal. Akibatnya, feed loader jadi penguasa pasar dan menentukan harga sapi seenaknya. Sebaiknya, kata Dadang, feed loader itu jika memang mau bermain di impor ya impor saja, jika mau di lokal ya lokal saja. "Jangan dua-duanya," katanya.

Kebijakan Mendag itu, kata Dadang jelas salah dan harus diperbaharui agar tata niaga sapi di Indonesia berjalan baik. Kelangkaan sapi yang menimbulkan melejitnya harga sapi dinilai Dadang sebagai dampak dari kebijakan yang salah tersebut.

Koran Futuristik dan Elegan
Klik Tribun Jakarta Digital Newspaper
 
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved