2030, Ekonomi Indonesia Berada Pada Posisi Ke-7 di Dunia
Tapi, 18 tahun nanti, 2030, Indonesia berpotensi menempati peringkat ke-7.
Editor:
Budi Prasetyo

* Temu Akbar Pengusaha se-intim
TRIBUNNEWS.COM MAKASSAR - Keterpurukan Indonesia menjadi berita lumrah. Hampir tiap hari kondisi miris bangsa ini tersaji di media massa.
Di tengah gempuran multimasalah, perekonomian Indonesia dilaporkan tetap kuat. Saat ini, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia. Tapi, 18 tahun nanti, 2030, Indonesia berpotensi menempati peringkat ke-7.
Itu bukan ramalan. Peringkat ke-7 di 2030 adalah hasil kajian Konsultan Manajemen Slobal, McKinsey Global Institute (MGI). Kabar gembira itu dipaparkan Presiden Direktur MGI, Arief Budiman, di hadapan ribuan peserta Temu Akbar Pengusaha se-Indonesia Timur di Gedung Celebes Convention Centre (CCC), Jl Metro Tanjung Bunga, Makassar, Sabtu (15/12/2012).
Pertemuan yang diinisiasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sulsel bekerja sama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel ini juga dihadiri mahasiswa dan akademisi.
Menurut Arief, ada beberapa pandangan, khususnya dari pengamat luar negeri yang dinilai pusat risetnya sebagai mitos belaka. Misalnya ada pandangan bahwa Indonesia memiliki perekonomian yang tidak stabil.
Faktanya adalah Indonesia merupakan negara yang paling stabil jika dibandingkan dengan negara-negara maju ataupun yang sedang berkembang lainnya. Mitos lainnya yakni Indonesia tumbuh hanya di Pulau Jawa. Faktanya adalah 90 persen kota-kota di luar Jawa termasuk Sulsel dan Makassar yang tumbuh di atas tujuh persen.
Adalagi mitos bahwa pertumbuhan Indonesia hanya dari jumlah angkatan kerja. Lagi-lagi dibantah oleh MGI karena berdasarkan kajiannya, 60 persen pertumbuhan ekonomi berasal dari produktivitas. "Ini berarti Indonesia berhasil meningkatkan produktivitas. Terlebih Sulsel yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi daripada nasional," katanya.
Dijelaskan, perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan kinerja kuat selama satu dasawarsa dan jauh lebih beragam. Utang pemerintah sebagai bagian dari PDB turun 70 persen selama dasawarsa terakhir. Inflasi juga turun dari 20 persen menjadi delapan persen dan saat ini sebanding dengan negara yang lebih mapan seperti Afrika Selatan dan Turki.
Sesuai laporan World Economic Forum tentang daya saing Indonesia 2012, Indonesia menduduki peringkat ke-25 dalam hal stabilitas makroekonomi. Saat ini, posisi Indonesia lebih baik dari India, Rusia, Brasil, serta beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Kebangkitan Asia, urbanisasi, pertumbuhan penduduk usia kerja, serta munculnya bangsa digital dan berorientasi pada teknologi adalah hal-hal yang menguntungkan perekonomian Indonesia.
Siapapun Gubernurnya
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo optimistis Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-7 dunia sebelum 2030.
"Percepatan ini seiring dengan peluang-peluang yang masih terbuka lebar, khususnya di Sulsel yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian di Indonesia,” kata Syahrul.
Dikatakan, tak hanya basis pendidikan dan kesehatan, Indonesia Timur, khususnya Sulsel akan disulap menjadi basis ekonomi.
"Tidak perlu jauh-jauh kuliah ke ITB. Soal pendidikan, cukup di Indonesia Timur. Kalau di Jawa ada ITB, kita juga ada ITG di Gowa.
Untuk basis ekonomi, akan diperkuat mengarah ke agri industri yang akhirnya akan menyerap lapangan kerja," jelas Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel tersebut.