Kamis, 2 Oktober 2025

Polisi Tidak Bisa Ungkap Cepat Peluru Nyasar Terhadap Fathir

Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) mengaku masih butuh waktu untuk menyelidiki kasus peluru nyasar

Penulis: Adi Suhendi
zoom-inlihat foto Polisi Tidak Bisa Ungkap Cepat Peluru Nyasar Terhadap Fathir
Tribun Timur/Azis
Fathir Muhammad (13 bulan), meninggal dunia di ruang ICU Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Jl Perintis Kemerdekaan KM 11, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Kamis (7/3/2013), sekitar pukul 23.50 Wita.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) mengaku masih butuh waktu untuk menyelidiki kasus peluru nyasar terhadap seorang bocah berusia 13 bulan Fathir Muhammad.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan bahwa hingga saat ini proses penyidikan masih berjalan.

"Penyelidikan itu perlu waktu, ketelatenan, perlu waktu mengembangkan unformasi yang diterima, perlu penjelasan ahli tentang proyektil sesuatu hal tentu harus memakai waktu tidak mungkin hari ini datang langsung tahu semua," ungkap Boy di Gedung Komisi Hukum Nasional, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2013).

Menurut Boy dalam pengungkapannya harus ada rangkaian pengolahan informasi. Namun demikian pihaknya berjanji akan menyelidik secara serius kasus tersebut.

"Kita akan menyelidiki serius sumber peluru yang menyasar kepada Fathir, tapi tentu tidak bisa serta merta dan gegabah pasti orang yang melakukan berusaha tidak terlacak," ungkapnya.

Nur Hikmah, ibunda Fathir Muhammad bocah yang tewas setelah kepalanya diterjang peluru nyasar, menuturkan detik-detik saat nahas menimpa putra bungsunya.

Menurut Nur, kejadian mengerikan terjadi pada Jumat (1/2/2013) sekitar pukul 21.00 WITA. Saat itu, ia bersama Fathir dan kakaknya, sedang berada di kamar tidur di rumahnya di Jalan Baji Gau, Makassar, Sulawesi Selatan.

"Tiba-tiba terdengar suara letusan. Kepala Fathir langsung tertunduk dan mengeluarkan darah," ujar Nur Hikmah di Kantor Komnas PA, Jakarta Timur, Rabu (13/3/2013).

Melihat putranya terluka, Nur membawa Fathir ke RS Haji, kemudian dirujuk ke RS Bhayangkara, lalu ke RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Dari hasil rontgen, ternyata terdapat peluru yang bersarang di otak kecil bagian kanan Fathir.

Fathir kemudian dirawat, sambil menunggu waktu operasi pengangkatan peluru dari kepalanya. Setelah sempat beberapa kali ditunda karena kondisi Fathir belum stabil, akhirnya pada Senin (18/2/2013), tim dokter RS Wahidin Sudirohusodo berhasil mengeluarkan peluru dari dalam kepala Fathir.

Kemudian, pada 5 Maret 2013, Fathir kembali menjalani operasi kedua, yakni pemasangan batok kepala. Namun, beberapa hari setelah operasi kedua, kondisi Fathir melemah, dan akhirnya meninggal pada Kamis (7/3/2013).

Sementara, menurut Fikar, ayah Fathir, peluru masuk lewat seng di bagian atas rumah, menembus plafon dengan kemiringan 60 derajat, lantas menembus kepala Fathir.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved