Pemilik Perusahaan Jepang Ajak Ngobrol Ikan Peliharaannya Agar Rasanya Lebih Lezat
Selamat pagi, Ohayougozaimasu! Begitulah sapaan Taichiro-kun, pemilik perusahaan Tokuhiro Suisan Co.Ltd., Tokuhiro Taichiro, setiap pagi kepada ikanya
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Richard Susilo, Koresponden Tribunnews.com di Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selamat pagi, Ohayougozaimasu! Begitulah sapaan Taichiro-kun, sang pemilik perusahaan Tokuhiro Suisan Co.Ltd., Tokuhiro Taichiro, setiap pagi kepada ikan-ikannya.
Setelah menyapa ikan-ikan, penutup tambak pun dibuka. Tak lama kemudian ikan berkumpul, barulah makanan diberikan, jadilah ikan besar ditunggu sampai sedikitnya 2 kilogram, baru bisa di "panen" untuk dijual.
"Ikan itu bisa stres juga. Jadi kita harus merawatnya dengan baik. Kita ajak komunikasi sambil senyum, menyapa Ohayaou! lalu mereka pun akan berdatangan, tahu kalau mau diberikan santapan pagi. Mereka sudah seperti anak saya sendiri, kami rawat dengan baik, kami lihat satu persatu dengan baik setiap hari," papar Taichiro-kun kepada Tribunnews.com minggu lalu sambil memberikan santapan pagi buat ikan-ikannya di pertambakan di perfektur Ehime Jepang.
Usahanya sudah berjalan sejak beberapa generasi, "Saya generasi kedua melanjutkan usaha ini," tekannya lagi sambil memperlihatkan foto ayahnya yang dulu juga menambak ikan.
"Sayang sekali tak ada satu anak kami yang mengikuti jejak orangtuanya. Mungkin mereka saat ini masih sibuk dengan usaha dan pekerjaan masing-masing di berbagai kota di Jepang," paparnya lagi.
Saat ini hanya lima orang stafnya yang membantu usaha perikanannya, khususnya ikan tai (sea bream). Tidak ada orang Indonesia, "Sementara cukuplah lima orang staf ini. Itu pun susah ya, anak muda sekarang gampang berhenti kerja cari kerjaan lain. Tapi untunglah dua staf cukup lama bekerja, satu 10 tahun satu lagi sudah 5 tahun bekerja di sini," ungkapnya.
Banyak anak muda Jepang saat ini memang sulit bekerja dalam waktu lama, suka berpindah mencari peluang kerja yang lebih baik lagi segera, tidak seperti di masa lalu yang setelah lulus sekolah biasanya hanya satu tempat kerja saja sampai pensiun di sana terus.
Apa kelebihan Taichiro-kun dalam bisnis perikanannya? Ikan miliknya tidak memunculkan aroma menyengat. Kuncinya adalah makanan khusus yang diraciknya sendiri. Makanan ini diolah Taichiro-kun setelah melakukan penelitian dan pengembangan.
Selama 13 tahun melakukan pengembangan makanan ikan, akhirnya didapati formula makanan ikan yang terdiri dari 40 macam bahan dasar. Dengan mencampur 40 macam bahan dasar makan itulah dihasilkan makanan ikan, dan ikan memakan bahan tersebut, menjadi besar. Saat ditangkap serta dimakan mentah untuk sashimi, ikan tidak menimbulkan bau kurang enak.
Tribunnews.com mencoba langsung ikan yang baru ditangkap, menyantap dengan shoyu (seperti kecap asin) dan wasabi. Enaknya memang bukan main, jauh lebih enak daripada ikan tai yang biasa. Tak heran kalau harganya diakuinya sekitar dua kali lipat lebih mahal daripada harga tai yang biasa.
"Saat ini rumusan makanan itu belum mau saya buka. Nanti kalau semua orang sudah bisa merasakan mana ikan yang enak mana ikan yang tidak enak, barulah saya buka dan mungkin saya jual ke berbagai perusahaan," paparnya sambil tertawa.
Usahanya sangat maju saat ini dibantu isterinya yang cantik dan sangat baik, mengendalikan administrasi dan keuangan perusahaan. Pasokan ikannya ke seluruh Jepang, "Namun masih sedikit penyebarannya. Tentu kami akan berusaha lebih banyak lagi penyebarannya, tetapi jangan terlalu banyak, nanti malah kewalahan tidak baik," paparnya.
Usaha penambakan ikannya tidak mudah untuk dikembangkan karena ternyata laut yang dipatok-patok luasnya, dia memiliki tiga tempat patokan untuk tambaknya, ternyata semua itu harus seijin dan diakui Kelompok Perikanan di tempatnya. Apabila Kelompok itu tidak menyetujui maka kita tak bisa membuka lokasi tambak perikanan di laut, walau laut itu sebenarnya bebas milik semua orang.
Lalu apa kelemahan selama menambak ikan? Ternyata anak ikan sangat sensitif terkena penyakit dan mudah mati. Yang sudah dewasa pun harus dijaga terus agar tidak kedinginan atau kepanasan. Suhu air lain yang terbaik menurutnya sekitar 21 derajat celcius, "Yang repat memang pada saat musim dingin di Jepang, ini membahayakan tubuh mereka. Tapi kalau musim panas bisa ditutupi terpal sehingga jadi sejuk udara di bawah laut. Demikian pula kalau satu lokasi tambak terlalu banyak ikan, mereka juga akan jadi stres."
Itu memang sederet tantangan dalam mengembangbiakkan ikan. Dengan demikian saat musim dingin (sekali) biasanya Taichiro-kun mengistirahatkan usahanya karena ikan pun tampaknya juga menjadi sangat sensitif dan kurang baik disantap menurutnya. Tampaknya memelihara ikan memang sangat sensitif juga.
Namun tak kalah dari semua itu, makanan hasil ramuannya memang sangat berpotensi membuat daging ikan enak dan gemuk. Salah satu bahan ramuannya tampaknya juga harus diimpor dari Peru karena tidak ada di tempat lain dalam jumlah besar. Apa bahan itu? Masih dirahasiakan, tekannya lagi. Tapi yang pasti semua bahan alamiah, tidak ada sedikit pun bahan yang mengandung kimia.