Ilmuwan Jepang Yoshiki Sasai Tewas Bunuh Diri
oshiki Sasai (52), ilmuwan Jepang yang sangat diharapkan memajukan negeri Sakura justru tewas bunuh diri pada Selasa (5/8/2014)
Editor:
Yulis Sulistyawan
Laporan Koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM,TOKYO - Yoshiki Sasai (52), ilmuwan Jepang yang sangat diharapkan memajukan negeri Sakura justru tewas bunuh diri pada Selasa (5/8/2014). Sasai diumumkan meninggal jam 11.00 waktu setempat di Rumah Sakit, di perfektur Hyogo.
Sasai yang kini menjabat Wakil Kepala Riken Center for Developmental Biology (CDB) di Kobe, melakukan bunuh diri di lokasi fasilitas Institute of Biomedical Research and Innovation, yang juga berada di Kobe. Demikian disampaikan polisi kepada pers tadi siang (5/8/2014).
Sasai pernah menjelaskan langsung mengenai hasil penemuannya kepada PM Jepang Shinzo Abe bulan Januari 2013.
Sasai adalah co-author fenomena sel stimulus-triggered acquisition of pluripotency (STAP), yang dipublikasikan oleh jurnal Inggris, Nature and Cell pada Januari 2014 lalu.
Namun karena banyak kesalahan dan bahkan Riken Center for Development Bilolgy (CDB) menyebut bahwa Haruko Obokata memalsukan data hasil penelitian STAP tersebut.
Sasai dan Obokata muncul di jumpa pers bersama Januari lalu menjelaskan mengenai penemuan sel STAP mereka kepada pers. Bahkan setelah dikatakan Riken penelitian Obokata berupa pemalsuan, Sasai masih mendukung Obokata bahwa itu bukan pemalsuan.
Stres dengan tuduhan tersebut bahkan juga sejak Maret ingin mengundurkan diri dari Riken, belum disetujui Kepala Riken, akhirnya Sasai bunuh diri hari ini.
Pemerintah Jepang mengomentari bahwa Sasai memang ilmuwan cerdas sangat diharapkan memajukan ilmunya, "Namun kasus ini sangatlah disayangkan," tegas Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga.
Lulusan Fakultas Kedokteran Kyoto University tahun 1986, pernah menjadi peneliti tamu UCLA dan menjado profesor Universitas Kyoto saat dia berusia 36 tahun.
Tahun 2000 bergabung dengan Riken Center for Developmental Biology dan menjadi Wakil Kepada bulan April 2013.
Penelitiannya berpusat kepada mekanisme, pembentukan sel syaraf menggunakan embryonic sel stem cells. Karyanya pernah dimuat di jurnal ilmuwan Inggris, Nature and Cell. Dia juga pernah menerima berbagai penghargaan di bidang penelitian medis.