Hingga Agustus 65 Kasus Pembajakan di Semenanjung Malaka
Hingga 31 Agustus 2014 Kementerian Luar Negeri Jepang mencatat 65 kasus pembajakan dan 8 kasus pembajakan terhadap kapal tanker minyak.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Peningkatan jumlah bajak laut di semenanjung Malaka meningkat tahun ini dan sangat memprihatinkan pihak Jepang. Hingga 31 Agustus 2014 Kementerian Luar Negeri Jepang mencatat 65 kasus pembajakan dan 8 kasus pembajakan terhadap kapal tanker minyak di semenanjung Malaka.
Menurut laporan ReCAAP (Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia), pembajakan kapal tanker minya tersebut umumnya dilakukan oknum yang sama. Bertujuan untuk meningkatkan harga minyak di pasaran dunia, dengan menyedot/mengambil minyak dari kapal tanker dan menyembunyikan di tempat lain.
Para pembajak menggunakan kapal speed-boat, naik ke kapal tanker dan membajak kapal tersebut bahkan sampai mengecat ulang mengganti nama kapal tersebut dengan nama lain seperti kasus Alondra Rainbow, kapal Jepang tercatat di Panama, kasus 22 Oktober 1999.
Kasus pembajakan terhadap kapal tug-boat Jepang juga terjadi 14 Maret 2005 atas kapal Idaten di Selat Malaka dimana kapten kapal Jepang sempat dipukuli para pembajak.
Kasus pembajakan laut sebenarnya sudah menurun per 2009, tetapi tahun 2010 meningkat lagi sampai sekarang. Bahkan beberapa tahun lalu pemerintah Jepang telah memberikan dua kapal patroli bersenjata gratis kepada pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi pembajakan tersebut.
"Perlu dicari langkah-langkah baru tampaknya untuk mengantisipasi lebih lanjut pembajakan di selat Malaka tersebut karena tampak semakin meningkat akhir-akhir ini aktivitas di sana. Termasuk pemerasan yang dilakukan kepada anak buah kapal oleh para pembajak," ungkap sumber Tribunnews.com, Senin (8/9/2014) pagi.