Kamis, 18 September 2025

Jurnalis Jepang Ini Mengaku Dekat dengan ISIS

Bahkan Kosuke oleh anggota ISIS sudah dianggap sebagai teman

TRIBUNNEWS.COM/Richard Susilo
Kosuke Tsuneoka, Jurnalis Jepang yang mengaku dekat dengan ISIS 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang jurnalis lepas asal Jepang bernama Kosuke Tsuneoka mengaku memiliki kedekatan dengan organisasi negara Islam Irak dan Syria (ISIS). Bahkan Kosuke oleh anggota ISIS sudah dianggap sebagai teman.

"Terus terang saya kebingungan sendiri, begitu dekat dengan mereka (ISIS), sehingga saya banyak disangka dan dituduh sebagai orang ISIS. Padahal saya hanya wartawan biasa yang menjalankan tugas sebaik dan semaksimal serta se-profesional mungkin sebagai wartawan," kata Kosuke kepada Tribunnews.com, Selasa(14/10/2014) malam.

Kosuke pun sempat berbagi cerita mengenai pengalamannya pada tahun 2010 sempat ditahan selama 157 hari oleh kelompok pecahan Taliban. Mereka menahan Kosuke hanya untuk mengambil uang pemerintah Jepang saja sebesar satu juta dolar AS. Pemerintah Jepang tidak membayar sedikit pun tapi dia akhirnya bisa dilepaskan bebas begitu saja.

"Saya ditahan 157 hari tahun 2010 oleh kelompok pecahan Taliban, para koruptor Afghanistan, Hizb-e-Islami itu. Setelah diteliti ternyata hanya gerombolan buat cari uang saja, bukan kelompok perjuangan Islam asli. Saya pun sudah pasrah saat itu mempersiapkan diri untuk mati," katanya.

Saat jadi tahanan kata Kosuke pimpinan grup yang menculiknya tidak tahu kalau ia adalah orang yang sangat dekat dengan pimpinan grup Taliban yang asli dan juga dekat dengan pimpinan ISIS.

"Setelah masa deadline saya jatuh tempo untuk dibunuh, dan bahkan kemudian lewat dari batas waktu itu, kepercayaan saya berubah. Saya pasti tak akan dibunuh. Benar saja. Tak lama kemudian saya dibebaskan begitu saja, di suruh mandi bersih diri dan makan enak supaya sehat, lalu saya dibawa ke satu tempat dan ada satu orang menjemput saya. Lalu katanya mau dibawa ke Istana Kepresidenan di Afghanistan. Saya tak percaya tapi saya sudah pasrah. Ternyata benar dan saya bertemu tim kedutaan Jepang di istana tersebut dan saya memang bebas begitu saja." katanya.

Sejak saat itu semakin banyak orang percaya kalau pria 45 tahun ini ternyata memiliki banyak jaringan negara Islam sehingga mendapat perlindungan pula dari banyak kaum muslim. Dia pun sejak tahun 2000 menjadi Mualaf karena sangat tertarik dengan isi Alquran yang dibacanya dengan terjemahan bahasa Jepang.

"Saya tak mengerti bahasa Arab tapi dengan adanya Alquran berbahasa Jepang saya bisa baca dan jatuh cinta dengan Islam sampai kini," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan