Ninja Jepang Musashi-ryu Belum Tertarik Buka Cabang di Luar Negeri
Bagi kelompok Ninja Musashi-ryu ini belum ada pikiran untuk membuka cabangnya di luar Jepang.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Banyak tawaran dari berbagai negara untuk membuka dojo (tempat latihan bela diri) di luar Jepang, termasuk dari Amerika dan negara-negara di Eropa. Bagi kelompok Ninja Musashi-ryu ini belum ada pikiran untuk membuka cabangnya di luar Jepang. Cukup di dalam Jepang saja sudah puas bagi para pimpinan Musashi-ryu ini.
"Kazuchika, master atau Tohmoku yang mengajarkan ilmu ninja di sini bersama saya belum ada minat membuka dojo ke luar Jepang," papar Kiyomi Shibata, ninja wanita (Kunoichi) pemilik Jidai Academy, dojo Musashi-ryu, khusus kepada Tribunnews.com, Rabu (22/10/2014).
Dojo-nya dengan nama Jidai Academy untuk mengajarkan ilmu ninja tersebut didirikan tahun 2010. Sebelumnya tahun 2008, ada kelompok yang didirikannya, dengan nama Urban Ninja Tokyo tetapi telah dibubarkannya sejak tahun 2013 setelah Jidai Academy didirikan tahun 2010 bersama Kazuchika tersebut.
Lalu tahun ini dibuatlah perusahaan Musashi Ichizoku, dengan maksud agar arus uang mudah masuk. Di Jepang transaksi dan arus uang dengan akun pribadi sangat sulit terjadi untuk transaksi apa pun, dan dicurigai atau tidak dipercayai banyak orang.
"Sebagai kelompok yang mengajarkan ilmu bela diri khususnya ninja tidak bisa dipercaya orang kalau pakai akun bank pribadi, jadi terpaksa harus membuka akun perusahaan agar bisa dipercaya, transfer uang kursus belajar para murid," paparnya.
Saat ini Musashi-ryu tidak memiliki murid orang asing karena komunikasi bahasa dan masih belum percaya akan ilmu yang diterimanya dapat ditekuni dan dipakai buat kehidupan sehari-harinya dengan benar.
"Tetapi kami telah memikirkan menerima murid orang asing dan itu dari Kanada, orang ini pintar bahasa Jepang, jadi mungkin tak masalah mengajarkan kepadanya untuk komunikasi. Kalau pun sulit komunikasi juga mungkin kita akan mencari penerjemahnya," kata Shibata.
Bagi Shbata pun mengajarkan ilmu ninja bukan asal mengajarkan saja karena dia ingin agar si penerima ilmu tidak menyalahgunakan ilmu yang diperolehnya tersebut. Itulah sebabnya seandainya ada orang asing menjadi muridnya sekali pun, dia akan sangat berhati-hati sekali dalam pengajaran nantinya.
"Jangan sampai nanti sudah diajarkan, dapat ilmu, lalu pulang ke negaranya, seenaknya membuka dojo sendiri, lalu mengatakan dirinya sudah jadi ninja karena belajar di Jepang dan sebagainya. Padahal sebenarnya hanya menjual nama ninja bagi keuntungan dirinya sendiri saja," jelasnya.
Kehati-hatiannya tersebut juga berdampak kepada cara pengajaran dan teknik atau ilmu yang diajarkan tidak sepenuhnya diberikan, khususnya jurus-jurus yang mematikan atau membahayakan orang lain bisa berakibat kematian.
Mulai kini dia akan semakin membatasi jurus berbahaya tersebut karena ditakutkan disalahgunakan muridnya pada akhirnya.
Jadi pada hakekatnya, orang asing yang ingin belajar di dojo nya masih sulit saat ini karena komunikasi dan pengertian budaya Jepang harus dikuasai dulu oleh si orang asing. Lalu melihat pula pola pikir si orang asing.
Setelah diteliti lebih lanjut masih akan dipertimbangkan untuk diterima atau tidaknya sebagai murid dojo Musashi-ryu tersebut. Tidak mudah memiliki ilmu tinggi apalagi untuk menjadi seorang ninja yang sangat berat sekali, harus kuat menghadapi tekanan fisik maupun psikis pada akhirnya.