Delapan Pasien RS Universitas Gunma Meninggal Akibat Laparoskopi
Pimpinan RS Universitas Gunma, meminta maaf kepada masyarakat atas meninggalnya delapan orang pasiennya yang diperiksa menggunakan laporoskopi.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pimpinan Rumah Sakit Universitas Gunma, Jumat (14/11/2014) pagi meminta maaf kepada masyarakat atas meninggalnya delapan orang pasiennya yang diperiksa menggunakan Laparoskopi, kamera mini yang dipakai untuk memeriksa isi tubuh manusia.
Sebanyak 8 orang meninggal antara usia 60 hingga 80 tahun antara tahun 2010. Dari 92 pasien yang menerima hati dari operasi menggunakan kamera kecil untuk mengamati bagian dalam tubuh yang disebut laparoskopi.
"Kami mohon maaf atas hal ini dan semua dilakukan oleh dokter usia 40 tahunan yang bekerja di RS ini," papar Kepala RS tersebut, Yoshihisa Nojima kepada pers, Jumat (14/11/2014).
Delapan pria yang meninggal karena kesulitan pengobatan, seperti kanker hati adalah risiko tinggi.
"Kami menerimanya dengan melakukan operasi reseksi hati menggunakan laparoskopi. Bedah dilakukan tetapi tidak mengetahui hubungan kausal kematian. Meskipun demikian 8 orang tewas itu dalam waktu 3 bulan setelah operasi," tambah Nojima, lulusan fakultas kedokteran Universitas Tokyo tahun 1979.
Kasus ini menjadi perhatian besar komite etik dari rumah sakit, dan saat ini masih dalam penyelidikan seksama, membentuk komisi penyelidikan untuk hal tersebut terhadap dokter usia 40 tahunan (Divisi ke-2 Bagian Operasi RS tersebut) yang melakukan operasi para pasien yang meninggal tersebut.