Beruntungnya Pengusaha Wanita Negara ASEAN, Wanita Jepang Masih Terdiskriminasi
Banyak pengusaha ASEAN wanita yang maju dan berdiri sendiri, sama rata dengan pria, tidak ada diskriminasi.
Editor:
Dewi Agustina
lihat foto
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para pengusaha 10 negara ASEAN sejak kemarin hingga hari ini, Kamis (19/3/2015) berkumpul membicarakan berbagai hal mengenai wanita dan bisnis di Tokyo Jepang. Indonesia diwakili oleh pemilik Pasa
Handicraft, Puspawati Anak Agung Putri dan observer Elza Syarief (58), pengacara terkenal Indonesia.
"Mereka berkumpul untuk bertukar pikiran mengenai berbagai hal dunia wanita dan bisnis di negara masing-masing," papar Direktur Divisi Pariwisata ASEAN-Japan Center, Dananjaya Axioma, khusus kepada Tribunnews.com, Kamis(19/3/2015).
Pada hakekatnya mereka akhirnya mempertanyakan, dengan berbeda budaya yang ada, bisnis yang dilakukan itu tentu
untuk profit.
"Tetapi apakah profit itu memang sebagai media untuk mencapai kebahagiaan bagi keluarga? Itu lah yang jadi pertanyaan bersama kalangan wanita pengusaha tersebut," tambahnya.
Pembahasan juga mengenai soal perceraian dan keretakan rumah tangga.
"Kalau di negara ASEAN yang sudah maju seperti Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, mungkin bisa berdikari dan maju sendiri dengan baik, banyak yang menjadi pemimpin usaha. Tetapi di negara seperti Laos, Myanmar, Vietnam tampaknya kedekatan dengan para elit politik dan pemerintah menjadi keharusan supaya bisa maju sebagai pengusaha wanita," ujarnya.
Selain itu pembahasan juga mengenai betapa beruntungnya negara ASEAN dibandingkan Jepang. Banyak pengusaha ASEAN wanita yang maju dan berdiri sendiri, sama rata dengan pria, tidak ada diskriminasi.
Tetapi di Jepang masih terasa wanita agak tertinggal dan terdiskriminasi oleh kalangan lelaki sehingga masih jarang wanita menduduki kursi jabatan tinggi di berbagai perusahaan dan pemerintahan.
