Minggu, 21 September 2025

Bali Jajaki Penggunaan Mesin Pembakar Sampah Khusus dari Jepang

Kamis (2/4/2015) kemarin, empat pejabat Dinas Lingkungan Hidup Bali datang ke Okinawa, Jepang untuk melihat mesin pembakar sampah khusus.

Editor: Dewi Agustina
Foto Okinawa Times
Chirimesa, alat pembakar sampah khusus. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kamis (2/4/2015) kemarin, empat pejabat Dinas Lingkungan Hidup Bali datang ke Okinawa, Jepang untuk melihat mesin pembakar sampah khusus. Jika lulus penyeleksian pihak JICA (Badan Kerjasama Internasional Jepang), mesin ini akan diekspor ke Bali, guna memproses pembakaran sampah lebih baik lagi di Bali.

"Pembuangan sampah yang bisa dibakar misalnya sampah dapur, sampah medis dan sampah umum tak masalah, tapi bukan sampah logam," kata Kenji Fukutomo President Thomas Institut Teknologi Co.Ltd, khusus kepada Tribunnews.com, Jumat (3/4/2015).

Di Bali sekitar 800 ton limbah harus didaur ulang atau dibakar dan kini menjadi masalah untuk pembuangan sampah atau penghangusan sampah tersebut. Oleh karena itu dicarikan alat yang akrab lingkungan agar sampah dapat terbuang, terbakar dengan baik tetapi akrab lingkungan dengan manusia.

"Alat kita dengan berat sekitar 2,4 ton itu, tidak menggunakan filter, tapi teknologi khusus kami menjadikan hasil bakaran sampah tidak berasap atau tidak mengeluarkan asap, dan satu lagi keistimewaan adalah abu sampah menjadi lebih sedikit, seperseratus lebih sedikit daripada biasanya. Itulah keistimewaan alat ini," katanya lagi.

Alat dengan nama Chirimesa ini memiliki lebar 1 meter, kedalaman 1,8 meter, tinggi 3,6 meter dan berat 2,4 ton bisa dibagi dua bagian.

Emisi dioksin dapat ditekan rendah atau dalam sekali sehingga menghasilkan tanpa asap. Dalam faktanya, karena akrab lingkungan, pemasangan alat ini tak perlu izin dari lingkungan karena memang bersih hasil yang dihasilkan, tak mengeluarkan asap.

Alat dengan panas pembakaran antara 800 derajat Celcius hingga 1000 derajat Celcius ini dibuat sejak 12 tahun lalu dan kini telah digunakan di 70 tempat di dalam Okinawa dan sebagainya.

"JICA akan mulai meneliti proposal kami sekitar September mendatang dan diharapkan tahun fiskal ini sudah ada keputusan. Saya tak tahu apakah alat ini bisa diterima oleh JICA atau tidak. Kalau bisa diterima JICA ya diekspor ke Bali nantinya," kata Fukutomi.

Untuk pemeliharaan alat tersebut dengan penggantian suku cadangnya, setahun hanya dua kali menghabiskan biaya sekitar 100.000 yen per tahun. Listrik 220 volt dan satu kilowatt.

"Maaf untuk harga kami menahan diri belum bisa mengungkapkan," jelasnya ketika disinggung soal harga alat tersebut.

Tags
Jepang
Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan