Kisah Pelajar Indonesia Dapatkan Sertifikat Kecakapan Bahasa Jepang dalam Waktu 8 Bulan
Seorang murid sekolah bahasa Jepang Pandan College hanya 8 bulan bisa langsung mendapatkan sertifikat kecakapan bahasa Jepang N-1.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang murid sekolah bahasa Jepang Pandan College hanya 8 bulan bisa langsung mendapatkan sertifikat kecakapan bahasa Jepang N-1. Menurutnya, belajar bahasa Jepang bukan hanya menghafal saja, tetapi menghitung juga berapa jam kita mesti belajar sehingga pengertian terserap dengan baik oleh otak kita.
Orang lain menganggap Tjajadi Felix mungkin kutu buku, paling getol belajar, sehingga berhasil memperoleh sertifikat Nihongo Noryoku Shiken (NNS) Level 1 hanya dalam kurun waktu 8 bulan saja. Tapi kenyataan tidak demikian. Dia hanya belajar di sekolah 4 jam di rumah, belajar sendiri hanya sekitar 1 jam saja. Apa sih rahasianya?
Anak ini sangat sederhana dan kelihatan sangat rajin serta sopan. Cocok bersekolah dan hidup di Jepang karena negeri Sakura ini membutuhkan pelajar yang demikian sehingga diharapkan dapat terbentuk karakter yang kuat, penuh percaya diri dan tahan uji terhadap segala kesulitan yang menghadapi dirinya karena telah dilandasi dengan modal dasar kerajinan yang tinggi.
"Saya selalu tanya ke guru Jepang setelah sekolah selesai. Mereka melayani dengan baik bahkan senang menerima berbagai pertanyaan saya di luar pelajaran," kata Tjajadi Felix kepada Tribunnews.com belum lama ini.
Berbagai hal yang belum kita mengerti memang selayaknya dengan kegigihan kita menanyakan kepada guru yang bersangkutan. Mengapa? Karena belajar hanya 4 jam sehari masih terasa kurang apabila kita hanya berkutat pada pelajaran yang diberikan sang guru saja.
Itulah sebabnya Pimpinan Pandan College selalu menyarankan beberapa siswa yang sedang belajar agar rewel sedikit, banyak bertanya mengenai pelajaran yang diberikan.
"Jangan malu bertanya kepada guru, apalagi mereka guru profesional pengajar bahasa Jepang. Manfaatkan sebaik mungkin karena memang tugas mereka membimbing dan mengajarkan siswa Pandan College menjadi siswa yang terbaik dalam penguasaan bahasa Jepang. Tetapi apabila siswa sendiri malu, tak mau bertanya, enggan bertanya, akhirnya siswa sendiri yang akan rugi," ungkap Made Kusuma Asih Direktur Pandan College.
Felix juga demikian. Dia banyak bertanya kepada sang guru termasuk juga di luar jam pelajaran. Felix berusaha mempraktekkan bicara Jepang kepada sang guru.
"Tentu saja dalam kehidupan sehari-hari saya sesering mungkin berbahasa Jepang, bicara dalam bahasa Jepang," katanya.
Kelebihan Felix yang juga mungkin kelemahan siswa lain yang belajar bersama Felix adalah penggunaan komputer jinjing atau notebook (Laptop). Felix tak punya notebook, sedangkan siswa lain memiliki dan selalu membawa ke mana mereka berada. Akibatnya dunia siswa lain lebih banyak terfokus kepada komputernya ketimbang belajar manual sendiri.
"Karena punya komputer sendiri, mereka sering chatting dengan teman atau keluarganya menggunakan bahasa mereka. Akibatnya jumlah waktu untuk praktek bicara bahasa Jepang jadi semakin kurang. Saya tak punya komputer akhirnya tak bisa chatting dengan sesama teman Indonesia, akibatnya lebih banyak menggunakan waktu langsung berbicara dengan orang sekitar dalam bahasa Jepang," paparnya.
Kelihatan memang sepele sederhana, tetapi masalah notebook ini yang selama ini kita pikirkan banyak membantu manusia, ternyata berdampak tidak kecil dalam kecepatan penguasaan bahasa Jepang. Manusia jadi lebih terfokus dan habis waktunya dengan komputer yang dimilikinya. Waktu untuk bersosialisasi dengan sesama manusia secara langsung jadi berkurang, dan akibat lebih jauh kesempatan menggunakan bahasa Jepang juga semakin berkurang, sehingga semakin lama menguasai bahasa Jepang khususnya dalam hal percakapan.
Lalu julukan sebagai kutu buku orang orang lain ternyata tidak benar. Di sekolah hanya belajar 4 jam. Lalu di luar sekolah ternyata Felix hanya belajar satu jam saja.
Menurut sebuah penelitian, ungkap Felix, lebih baik belajar mulai dari yang kita sukai dan hanya sekitar satu jam saja, tetapi teratur tiap hari sedikit demi sedikit selama satu jam, ketimbang kita belajar dalam waktu yang lama dalam satu hari.
"Itulah yang saya lakukan setiap hari, dan sisa waktu untuk mencari pekerjaan atau bekerja sehingga dapat mengumpulkan uang lebih guna dapat membayar uang sekolah sendiri," katanya.
Dulu sampai dengan Maret 2009 Felix merasa enak bisa jalan-jalan karena uangnya setiap bulan dipasok oleh ibunya (pembuat roti). Namun setelah April 2009 dia mendapat beasiswa, Felix sendiri yang meminta ibunya untuk menghentikan kiriman uang karena uang bulanan tercukupi dari beasiswa yang diperolehnya.
Tetapi sejak itu pula Felix semakin serius menutupi biaya hidup sehari-hari dengan mencari pekerjaan dan bekerja paruh waktu (baito). Satu jam sekitar 930 yen. Hidupnya pas-pasan sebulan, tetapi orangtua tak perlu kirim uang lagi kepadanya, karena dia kerja keras di Jepang.
Peraturan Jepang memang memungkinkan pelajar bekerja 28 jam seminggu dan hal ini dilakukan Felix walaupun tidak 28 jam seminggu.
"Capek saya kalau kerja terus menerus. Setelah pulang kerja capek tentu tak bisa konsentrasi belajar lagi, paling baca buku ringan istirahat dan tidur. Oleh karena itu saya bekerja paruh waktu biasanya Sabtu dan Minggu saat tidak ada sekolah," kata Felix.
Itulah kehidupan anak bangsa Indonesia yang hidup di Tokyo. Penuh tantangan tetapi dengan kedisiplinannya dan semangat yang kuat Felix bisa bertahan dengan baik, mandiri hidup di kota yang memiliki karakter keras "Tokyo" ini.
Lalu Ujian NNS-nya bagaimana? Kok hebat 8 bulan bisa lulus Level satu?
Felix ternyata tidak ikut level 4, 3, dan 2.
"Sebenarnya akhir tahun 2008 saya mau ikut ujian NNS level 2 tetapi tak keburu. Akhirnya saya belajar terus, mengerjakan berbagai soal ujian NNS mulai level 4 sampai level satu, terus menerus, dan saya punya keyakinan tinggi pasti bisa lulus di Level-1. Itulah sebabnya saya langsung ikut ujian Level 1 bulan Juni 2009," katanya.
Kenyataan memang keyakinan diri yang tinggi ditambah latihan yang sering dilakukan mengerjakan soal-soal ujian NNS sampai level-1 membuat dirinya berhasil menembus tingkat tertinggi hanya dalam kurun waktu 8 bulan.
Artinya apa? Artinya, kalau kita punya niat tinggi, semangat tinggi untuk belajar, banyak latihan ujian NNS, siapa pun pasti bisa memperoleh imbalan yang terbaik dan tak perlu menunggu satu tahun, pasti bisa mencapai level tertinggi. Felix lah sebagai contoh konkrit dan satu bukti bahwa anak bangsa Indonesia pasti bisa.
Belajar kanjinya bagaimana? Menurut Felix setiap hari sedikitnya satu karakter kanji kita pelajari, kita hafal, kita praktekkan latihan tulis. Lalu juga mulailah belajar kanji dari kanji yang kita sukai.
"Misalnya saya suka animasi, maka saya pelajari kanji mulai yang banyak muncul di film animasi. Lihat TV juga baik untuk mempelajari intonasi suara cara bicara bahasa Jepang dengan baik," katanya.
Inilah cara-cara Felix belajar di luar sekolah, selain yang telah diajarkan oleh guru-guruba (paling disuka Guru wanita bernama Ayuba-sensei).
Semangat Felix ini dan cara belajarnya semoga dapat menjadi contoh dan semakin menyebar ke berbagai anak muda Indonesia lainnya.