Pembangunan Stadion Utama untuk Olimpiade 2020 Jepang Belum Jelas
Hingga Selasa (9/6/2015) belum ada kejelasan mengenai pembangunan stadion utama bagi Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hingga Selasa (9/6/2015) belum ada kejelasan mengenai pembangunan stadion utama bagi Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. Rencana desain dan biaya pembangunan stadiom utama yang megah kini masih diperdebatkan antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jepang, Hakubun Shimomura, Ketua Komite Olimpiade Yosiro Mori, melawan Gubernur Tokyo Yoichi Masuzoe.
Arsitek senior terkenal Jepang Maki Fumihiko (86) sejak awal sudah menyatakan tak mungkin pembuatan stadion utama dengan desain yang sekarang ini. Mengapa? Untuk lengkungan (Kiel arch) saja sudah berbiaya 150 miliar yen (separuh biaya pembangunan stadion utama keseluruhan) dan sangat raksasa sekali, diperkirakannya tak akan bisa jangka panjang untuk desain tersebut, kecuali desain diubah.
Lengkungan atap itu panjang 370 meter, dibuat dua buah, panjang dua lengkungan itu mirip dengan tinggi tower Sky Tree di Tokyo. Berat lengkungan juga luar biasa yaitu 40.000 ton. Mampukah kerangka itu ditahan dengan berat demikian dan berapa lama bertahan, Maki mempertanyakan. Belum lagi kalau ada salju lebat, angin kencang, gempa bumi, apakah bisa bertahan lama?
Untuk pembuatan desain tersebut sudah setengah dari biaya keseluruhan pembangunan stadion utama yang diperkirakan menghabiskan 300 miliar yen.
TBS TV pun membuat survei ke masyarakat Tokyo dan ke masyarakat seluruh Jepang. Masyarakat Tokyo 90 persen menginginkan desain yang sederhana sehingga tidak menghabiskan banyak uang, sehingga desain awal yang menghabiskan banyak uang ditolak masyarakat Tokyo. Demikian pula masyarakat Jepang 80 persen menentangnya.
"Biaya pembuatan stadion utama saja sudah mubazir, terlalu banyak menghabiskan uang pajak yang tidak sepantasnya dilakukan," ungkap seorang warga di Perfektur Saga usia 50 tahun.
"Kalau pun dibuat desain rencana awal itu, pasti biaya perawatan sangat mahal, perlu dipikirkan lebih serius lagi," kata warga Fukuoka usia 55 tahun.
Namun ada pula warga Iwate usia 31 tahun mendukungnya.
"Biar bagaimana pun kan harus dibuat, yang cantik sekalian sehingga berkesan sangat baik tentu kan baik bukan?" katanya.
Biaya pembuatan stadion pun diperdebatkan para pimpinan Jepang. Menteri Pendidikan mengatakan dulu oleh Gubernur Tokyo yang lama, telah disetujui pemda Tokyo menanggung 50 miliar yen, melalui uang pajak masyarakat Jepang, atau sepertiganya. Pemerintah pusat menanggung dua pertiga, sehingga anggaran 150 miliar yen.
Kini anggaran membengkak bisa menjadi 250 atau 300 miliar yen. Pemerintah pusat maupun pemda Tokyo pun tambah pusing kepala.
Bukan itu saja, desain stadion utama apabila dilanjutkan, bukan soal uang saja habis banyak, tetapi Oktober 2020 kemungkinan tidak bisa jadi 100 persen pembuatan stadion tersebut. Akibatnya muncul usulan Maki agar membuat desain sederhana saja.
Namun Menteri Pendidikan Jepang Hakubun Shimomura tampaknya menolak desain baru.
"Yang sudah disetujui desain tak akan didesain ulang baru, jadi dilanjutkan, tetapi harus disesuaikan lagi dengan hal-hal lain," katanya.
Dengan demikian desain awal tetap dipakai, namun bagian atap akan dilakukan perubahan, tidak lagi dengan desain awal tersebut yang menggunakan lengkungan (Kiel arch).
Bentuk desain seperti apa, sampai Selasa (9/6/2015) masih belum ada keputusan dari para pejabat pemerintah Jepang. Demikian pula berapa biaya yang akan ditanggung dan pemda Tokyo menanggung biaya berapa, juga belum ada keputusan lebih lanjut hingga kini. Padahal waktu pembuatan stadion utama sudah semakin mendekat dan harus dilakukan secepatnya, bahkan kalau bisa bulan ini.