Rabu, 17 September 2025

Warga Fukushima Jepang Ajak Dunia Jadi Tenaga Sukarela

Perfektur Fukushima Jepang ternyata belum banyak berubah sejak gempa bumi, tsunami dan paling parah akibat ledakan PLTN Fukushima.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Ketua Dewan Kota Minami Soma Kesejahteraan Sosial, Hideo Monma. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perfektur Fukushima Jepang ternyata belum banyak berubah sejak gempa bumi, tsunami dan paling parah akibat ledakan nuklir pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang dikelola Tepco Co.Ltd., tanggal 11 Maret 2011.

Itulah sebabnyak rakyat Fukushima mengimbau agar rakyat dunia datang ke sana membantu mereka menjadi tenaga sukarela membenahi kota tersebut karena pihak Tepco yang seharusnya bertanggungjawab, kurang membantu sepenuhnya pemulihan kota-kota di Fukushima.

"Kami mengimbau siapa saja di dunia yang mau tergerak hatinya untuk membantu menjadi tenaga sukarena datang ke Fukushima sini karena masih banyak yang harus dibenahi kota-kota di sini, yang banyak ditinggalkan masyarakatnya, pindah ke kota lain di Jepang akibat rumahnya sendiri kita terkontaminasi radiasi yang cukup membahayakan bagi kehidupannya. Sehingga tak bisa balik ke rumah asalnya di Fukushima. Akibatnya kota-kota di sekitar PLTN Fukushima telantar tak ada yang membenahi lagi," kata Ketua Dewan kota Minami Soma Kesejahteraan Sosial, Hideo Monma, khusus kepada Tribunnews.com akhir minggu lalu.

Yoshio juga berterima kasih kepada para tenaga sukarena dari berbagai negara yang sudah pernah datang ke sana untuk membantu membenahi, membersihkan, menata lebih baik lagi tempat-tempat di sana yang sudah banyak ditinggalkan penduduk setempat.

Tribunnews.com yang berada dua hari dari pagi hingga malam, menyaksikan sendiri beberapa kota jadi kota hantu, rumah gelap semua tak ada yang menyalakan lampu karena memang sudah tak berpenghuni. Namun lampu penerangan jalan memang masih menyala di sana sini.

Kota-kota di Fukushima sangat cantik, indah dan asri. Tapi sama sekali tak bisa dirawat, tak bisa ditanami dan tak bisa diolah karena tercemar radiasi. Hingga Senin (29/6/2015) yang Tribunnews.com lihat sendiri tertinggi mencapai 5,1 mikro sievert. Padahal normalnya hanya 0,05 mikro sievert. Namun teman lain yang ikut bersama Tribunnews.com dengan teguh mengatakan melihat papar deteksi di mana radiasi mencapai 7 mikro sievert lebih. Memang bahaya bagi kehidupan kita.

Yoshio juga bercerita ada seorang tua dari Hiroshima, berusia 85 tahun, mengendarai mobil sendiri, menggunakan jalan darat biasa, tidak pakai jalan tol, akhirnya setelah tiga hari perjalanan smapai di Fukushima untuk membantu dua hari di Fukushima sebagai tenaga sukarela.

"Bayangkan, dia dua hari membantu di sini, tetapi perjalanan satu arah tiga hari darat. Tak mau lewat tol karena banyak bus dan truk takut terkena kecelakaan kata bapak tua tersebut," ungkap Monma.

Semangat orangtua dari selatan Jepang, menyetir sendiri datang ke Fukushima memang luar biasa.

Tenaga sukarela datang dari Okinawa paling selatan Jepang sampai dengan dari Hokkaido paling utara Jepang. Semua berkumpul di Fukushima.

"Tiap minggu sedikitnya 100 orang hadir membantu membersihkan kota-kota ini di Fukushima. Kami sangat berterima kasih sekali atas bantuan mereka. Tetapi dari luar Jepang juga sangat kami harapkan supaya bis amelihat sendiri seperti apa penderitaan yang masih kami rasakan saat ini di Fukushima," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan