Kamis, 18 September 2025

Ketua RT di Jepang pun Bingung Membuang Sampah Nuklir

Kota Iwaki khususnya kampung Usuiso yang dekat pantai dan sempat terendam tsunami setinggi 20 meter saat bencana alam 11 Maret 2011.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Perumahan Usuiso di Kota Iwaki, Perfektur Fukushima. Insert Yoshio Ookouchi (66) Ketua RT kompleks hunian Usuiso, tempat bencana Fukushima 11 Maret 2011. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kota Iwaki khususnya kampung Usuiso yang dekat pantai dan sempat terendam tsunami setinggi 20 meter saat bencana alam 11 Maret 2011, sudah jatuh tertimpa tangga pula karena dekat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)  Fukushima. Kini Ketua RT Usuiso kebingungan pembuangan sampah nuklir di sana.

"Banyak sekali sampah nuklir, setidaknya rakyat mengumpulkan lapisan tanah di atas yang terkontaminasi radioaktif serta lainnya dalam plastik hitam. Kini hanya ditaruh di tanah terbuka begitu saja, bingung juga kita membuangnya karena tak ada tempat pembuangan di mana pun untuk sampah yang terkontaminasi dengan radioaktif," kata Yoshio Ookouchi (66), Ketua RT kompleks hunian Usuiso khusus kepada Tribunnews.com, Jumat (26/6/2015).

Yoshio yang lahir di Kota Kooriyama juga di Perfektur Fukushima, sempat 26 tahun tinggal di Yokohama tetangga Tokyo untuk bekerja sebagai karyawan kantoran. Tetapi sisa usia selama 24 tahun hingga kini setelah menikah dengan wanita Iwaki, Yoshio tinggal di Iwaki khususnya di kampung Usuiso.

"Masih jelas di ingatan saya empat tahun lalu, kita berusaha menyelamatkan anak-anak sekolah dasar di sini ke tempat yang lebih tinggi karena tsunama datang menghantam sekolah sampai terendam ke lantai tujuh. Padahal saat itu baru saja mengadakan perayaan kelulusan ujian sekolah," paparnya.

Kini anak-anak itu sudah sangat sedikit karena ada yang meninggal terkena bencana dan ada yang mengungsi ke luar Fukushima atau ke tempat keluarganya yang jauh.

"Banyak sekali warga Usuiso tidak kembali karena bingung dengan dampak radioaktif yang masih tinggi di sini," tambahnya.

Perkampungan baru Usuiso yang bisa ditinggali 103 kepala keluarga, kini baru ditinggali 98 kepala keluarga dan jumlah manusianya sekitar 300 orang.

"Ada yang satu rumah satu orang, tetapi ada pula satu rumah berisi 8 orang. Tiap rumah dengan berbeda antara 26 m2 - 39 m2, uang sewanya pun beraneka ragam antara 30 ribu sampai 50 ribu yen per bulan. Tetapi sampai dengan tiga tahun mendatang masih bebas bayarnya. Nantinya setelah lima tahun barulah bayar 100 persen," tambahnya.

Sekitar perkembangan Usuiso tersebut juga bangunan sekolah lama yang sempat terendam tsunami belum selesai dibongkar, baru selesai diperkirakan Desember mendatang. Namun di belakang gedung itu di tempat agak tinggi akan dibangun gedung sekolah baru.

Meskipun akan dibangun gedung sekolah baru, Yoshio masih bimbang dan belum yakin akan ada murid sekolah datang kembali ke sana karena orangtuanya pun sudah banyak yang mengungsi pindah rumah ke luar Fukushima karena ketakutan dengan radiasi yang masih akan terasa sampai puluha tahun mendatang.

Tribunnews.com yang berkunjung ke sana melihat sendiri dari data pengukuran radiasi antara 1-5,1 mikrosievert per jam saat ini. Artinya 100 kali lebih tinggi dari normal yang seharusnya 0,05 mikro sievert per jam.

Belum lagi masalah dampak beradiasi yang tak ada tempat pembuangan, apakah mereka akan balik lagi ke sana setelah beberapa tahun nanti? Itulah yang menjadi pertanyaan Yoshio hingga saat ini.

"Niatan kembali masyarakat setempat tampaknya belum ada sampai kini karena takut dengan radiasi yang masih kuat hingga kini," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan