Departemen Kesehatan Jepang Akhirnya Sahkan Penggunaan Baju Robot
Baju robot yang sudah biasa dipakai di Eropa, akhirnya disahkan Departemen Kesehatan Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Baju robot yang sudah biasa dipakai di Eropa, Selasa (10/11/2015) akhirnya disahkan Departemen Kesehatan Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang.
Kini baju robot tersebut diakui pemerintah Jepang dan mendapatkan izin penjualan kepada masyarakat.
Persetujuan sebagai perangkat medis ini atau baju robot, pertama kali diresmikan dipergunakan bagi Jepang. Usulan dan pengajuan ini sudah sejak tahun lalu, namun akhirnya disetujui penggunaannya oleh pemerintah Jepang.
Baju robot ini dapat mendeteksi sinyal-sinyal listrik yang mengalir ke permukaan kulit ketika pasien mencoba untuk menggerakkan kaki, mekanisme untuk membantu berjalan dengan menggerakkan instrumen dengan motor yang dipasang di kaki, pinggang dan pinggul manusia.
Dalam uji klinis yang telah dilakukan di sembilan rumah sakit di Jepang terhadap 24 orang pasien yang memiliki penyakit kelemahan otot, terutama dalam berjalan kaki. Ternyata setelah dipasangkan baju robot ini, kekuatan berjalannya bertambah 10 persen.
Pertemuan para ahli akhirnya memutuskan menargetkan baju robot bagi pasien dengan distrofi otot dan ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) dan tampaknya pasien cukup terbantu setelah menggunakan baju robot.
Baju robot ini juga apabila dipakai bagi pekerja bangunan di lapangan maka dapat mengangkat benda berat dengan lebih nyaman lagi, menjadi tidak terlalu berat karena otot bergerak sempurna.
Hal ini menjadi dampak besar bagi pengobatan menggunakan teknologi untuk membantu pasien yang selama ini mengalami kelemahan otot.
"Dampak besar terjadi setelah adanya baju robot ini yang kini diterima di Jepang. Padahal sudah lama dipakai di Eropa. Maknanya tentu sangat besar dan sangat membantu kehidupan manusia saat ini," kata Ketua Pusat Peralatan Medis Jepang, Mari Kikuchi.
Biaya pengobatan hingga 40 triliun yen, dengan penemuan teknologi medis baru ini, tidak akan lagi menjadikan beban berat pada pasien pada perawatannya.
"Kita perlu terus membahas cara sistem perawatan kesehatan untuk masa depan lebih baik lagi," tambahnya.