Kisah Perjuangan Jepang saat Kesulitan Minyak Difilmkan
Saat Jepang kesulitan minyak, sebuah tanker Jepang milik Kunioka Shoten (kini Idemitsu Kosan) bernama Nissho Maru (NM) melewati Selat Sunda Indonesia.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Saat Jepang kesulitan minyak, sebuah tanker Jepang milik Kunioka Shoten (kini Idemitsu Kosan) bernama Nissho Maru (NM) melewati Selat Sunda Indonesia sepulang membeli minyak dari Iran.
Kapal tanker ini lalu diadang kapal perang Inggris bahkan hampir terjadi tabrakan.
"Berhenti atau kami tembak," demikian isi telegram kapal perang Inggris kepada Kapten Kapal NM tersebut.
Namun sang kapten kapal membalas, "Iran dan Jepang sama-sama negara bebas merdeka, kami punya hak yang sama untuk jual beli minyak," bunyi telegram sang kapten.
Kedua kapal, baik tanker Jepang maupun kapal perang Inggris terus saja maju berhadapan. Namun kapal perang Inggris akhirnya menghindari kecelakaan membelok ke kanan di saat-saat terakhir nyaris kecelakaan.
Adegan tersebut terlihat dalam film kisah nyata "Lelaki Itu Dijuluki Pembajak" yang bisa ditonton di Jepang mulai 10 Desember 2016.
Film ini diambil dari karya Naoki Hyakuta yang bukunya terjual lebih dari dua juta eksemplar di Jepang, sangat laris tahun 2012 diterbitkan Kodansha.
"Itu kisah nyata dan benar nyaris tabrakan di laut lepas setelah melewati Indonesia," kata sumber Tribunnews.com di Idemitsu Kosan, Rabu (4/1/2017).
Kasus ini pun masuk ke dalam Insiden Nissho Maru Maret 1953. Bahkan sampai di sidangkan di pengadilan Jepang mulai Mei 1953 dituntut oleh British Anglo-Iranian Oil Company (kini bernama British Petroleum).
Pengadilan akhirnya dimenangkan Idemitsu Kosan.
Saat itu Jepang kesulitan minyak dan CEO Idemitsu saat itu Tetsuzo Kunioka memberanikan diri membeli langsung dari Iran dengan mengirimkan kapal Nissho Maru kapal tanker minyak satu-satunya yang sangat berharga itu.
Padahal saat itu Iran sedang di blokade Inggris.
Beli minyak sebanyak kira-kira 22.000 kiloliter melewati selat Sunda lalu menuju pelabuhan di Kawasaki Jepang, akhirnya disambut meriah rakyat Jepang sebagai pahlawan Jepang karena menyelamatkan kesulitan minyak di Jepang.
"Memang saat itu Jepang benar-benar kesulitan minyak. Tapi syukurlah terbantu berkat Nissho Maru bisa kembali utuh ke Jepang dan jual beli berlangsung hingga 1956 dengan Iran. Hal ini juga membuat Iran dan Jepang semakin baik hubungannya hingga kini gara-gara insiden tersebut," tambahnya.
Akibat blokade Inggris, Iran kesulitan pendapatan keuangan. Namun dengan transaksi pembelian minyak langsung oleh Jepang, harga minyak dibeli 30 persen lebih murah dari harga pasar dunia, Iran terbantu perekonomiannya berkat Jepang saat itu.