Sabtu, 13 September 2025

Kebangkrutan Terbesar Perusahaan Jepang Setelah Lehman Shock, Kerugian 15,1 Miliar Yen

Menurut Badan Penelitian Tokyo Shokko Research, nilai penjualan per September 2016 mencapai 19,5 miliar yen.

Editor: Johnson Simanjuntak
Asahi
Chikako Yamada, CEO Terumi Kurabu (Tell Me Club) yang menyampaikan jumpa pers pagi ini (27/3/2017) di Kementerian Transportasi Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebuah biro perjalanan Jepang Terumi Kurabu (Tell Me Club) hari ini (27/3/2017) mendaftarkan kebangkrutannya di pengadilan negeri Tokyo Jepang dengan kerugian sedikitnya 15,1 miliar yen, kebangkrutan terbesar di Jepang setelah Lehman Shock tahun 2008.

"Kami minta maaf sedalamnya atas ketidaknyamanan ini di mana perusahaan telah dinyatakan bangkrut di pengadilan hari ini dan kami tak bisa membayar berbagai hutang kepada hotel, perusahaan transportasi serta berbagai nasabah yang tak bisa menggunakan tiketnya," papar Chikako Yamada, CEO Terumi Kurabu, dalam jumpa persnya di kementerian transportasi Jepang pagi ini (27/3/2017) dengan membungkuk tanda meminta maaf.

Asosiasi Biro Perjalanan Jepang (JATA) juga menerima laporan biro perjalanan tersebut dan langsung mencabut keanggotaannya.

Selanjutnya semua hal terkait kerugian terhadap perusahaan tersebut dialihkan kepada Pengacara perusahaan tersebut.

Perusahaan ini didirikan tahun 1998 dengan modal 60 juta yen dengan kantor pusat di Shibuya Tokyo dan kantor cabang di Osaka, Nagoya dan Fukuoka.

Menurut Badan Penelitian Tokyo Shokko Research, nilai penjualan per September 2016 mencapai 19,5 miliar yen.

Para peneliti memperkirakan depresiasi yen atau nilai yang yang melemah terhadap dolar AS membuat salah satu penyebab kebangkrutan biro perjalanan tersebut, di samping biata promosi yang tampaknya cukup besar.

Sekitar 36.000 nasabah atau skeitar 9,9 miliar yen uang masyarakat akhirnya tak dapat dikembalikan biro perjalanan tersebut.

Pihak JATA dengan asuransi dan uang deposito yang dimilikinya akan membantu ganti rugi sebesar kira-kira 120 juta yen dan akan disampaikan aplikasi ganti rugi tersebut kepada pihak terkait pertengahan Juni 2017 dan butuh skeitar 9 bulan uang diterima pihak yang dirugikan terutama badan, organisasi dan perusahaan yang terkait dengan biro perjalanan tersebut.

Banyak turis Jepang sejak minggu lalu berteriak di bandara Narita karena ternyata tidak bisa mendapatkan tiket pesawat sehingga tak bisa bepergian ke luar negeri.

Padahal semua telah dilunasi ke biro perjalanan tersbeut. Termasuk seorang gadis lulusan SMA Jepang yang merasa sangat kesal sekali, "Saya ini kumpulin uang dari bekerja paruh waktu selama ini supaya bisa ke luar negeri. Setelah lulus sekolah sekarang malah tak bisa ke luar negeri dan uang 80.000 yen hilang jadinya," paparnya kepada Tribunnews.com Senin ini (27/3/2017).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan