Goh Chok Tong Puji Jepang, Dianggap Agresif Promosikan Perdagangan Bebas
Mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong memuji Jepang di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sinzo Abe yang agresif akhir-akhir ini.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong memuji Jepang di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Sinzo Abe yang agresif akhir-akhir ini mempromosikan perdagangan bebas terutama melalui Trans Pacific Partnership (TPP).
"Jepang dulu tertutup sungkan membuka diri. Tapi kini justru kebalikan dan sangat agresif membuka perdagangan bebas," kata Goh Chok Tong di konferensi masa depan Asia ke-23 yang diselenggarakan koran Nikkei, Senin (5/6/2017).
Goh juga menyinggung hal serupa dengan China.
"Demikian pula China yang dulu tertutup tetapi sejak 1978 di bawah Deng Xiao Ping membuka diri bahkan kini China mau jadi pemimpin ekonomi dunia," kata Goh.
Selain itu Goh juga menekankan rasa prihatinnya terhadap Amerika Serikat (AS) yang mengundurkan diri dari TPP.
Baca: Tempelkan Stiker Larangan Masuk, Wanita Pemilik Bar Disayat-sayat Bos Yakuza Jepang
"Sangat disayangkan AS mengundurkan diri dari TPP tapi kami tetap menunggu dan selalu welcome dengan kehadiran AS. Sementara Jepang tampaknya mengambil alih peran AS berusaha memimpin TPP maju terus ke depan untuk perdagangan bebas," ujar dia.
Dengan berbagai pemimpin di Asia yang maju saat ini terutama Jepang dan China, Goh ingin agar keduanya berjalan bersama.

"Sebagai negara besar di Asia, sangat baik apabila Jepang dan China melakukan kerja sama memimpin perdagangan bebas bukan malah bersaingan antara keduanya apalagi sampai menjatuhkan," kata dia.
Dengan kerja sama, saling menghormati dan menghargai peraturan yang ada keduanya diharapkan dapat memimpin Asia bersama.
Lalu bagaimana kita bisa maju terus dengan keadaan saat ini disertai berbagai perubahan dunia?
"Sementara Jepang dengan TPP lalu China dengan ASEAN Regional Comprehensive Economic (RCEP). Keduanya justru bagus saling isi mengisi bukan bersaingan. Jadi jangan dianggap sebagai saingan satu sama lain. Dan hal ini harus didukung semua negara," kata Goh.
Persaingan tetapi bersama dengan kerja sama yang baik. Apa yang hilang?
"Yang hilang di antara keduanya tampaknya adalah kepercayaan. Apakah bisa diupayakan jadi percaya? Bisa saja. Apalagi AS tidak ada di Asia. Ayo lah kita harus bangun Asia bersama jadi kuat. Kita harus optimistis," kata Goh.