Jumat, 29 Agustus 2025

Presiden Filipina Perintahkan Polisi Tembak Mati Anaknya Jika Terlibat Narkoba

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan akan memerintahkan putranya dibunuh jika tuduhan dia terlibat perdagangan narkoba terbukti.

Editor: Hasanudin Aco
AFP via BBC Indonesia
Duterte perintahkan anaknya dibunuh jika terlibat narkoba 

TRIBUNNEWS.COM, FILIPINA - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan akan memerintahkan putranya dibunuh jika tuduhan dia terlibat perdagangan narkoba terbukti.

"Saya perintahkan kamu dibunuh jika kamu ditangkap. Dan saya akan melindungi polisi yang membunuh kamu, jika (tuduhan) ini benar," kata Duterte kepada wartawan, menirukan apa yang dia katakan kepada putranya, Paolo.

Pada awal bulan ini, Paolo Duterte dihadirkan dalam sidang Senat Filipina.

Saat itu dia membantah terlibat dalam operasi penyelundupan narkoba bernilai jutaan dollar seraya menegaskan tuduhan atasnya tidak beralasan dan menolak menjawab pertanyaan.

Baca: Presiden Filipina Perintahkan Tembak Mati Bandar Narkoba, Justru Anaknya Terlibat Bisnis Narkoba?

Menantu presiden, Manases Carpio, juga hadir di sidang untuk membantah terlibat dalam pengiriman narkoba dari Cina ke Manila, yang nilainya diperkirakan mencapai US$125 juta atau sekitar Rp1,5 triliun.

Sejak berkuasa pertengahan tahun lalu, Presiden Duterte melancarkan operasi besar-besaran untuk melawan narkoba di Filipina dengan mengizinkan aparat keamanan menembak mati para pengedar narkoba.

Sejauh ini polisi sudah menewaskan sekitar 3.800 terduga pengedar narkoba sementara ribuan lainnya tewas tidak jelas.

Duterte berjanji untuk mengundurkan diri jika ada anggota keluarganya yang terlibat dalam perdagangan narkoba.

Demonstrasi anti dan pro Duterte

Kebijakan 'tembak di tempat' bagi pengedar narkoba dan ancaman untuk memberlakukan kembali undang-undang darurat perang yang dilontarkan Duterte memicu demonstrasi di luar istana kepresidenan.

Para demonstran mengusung poster bertuliskan 'Stop Pembunuhan' dan 'Katakan tidak untuk UU Darurat Perang'. Mereka juga membakar sebuah lukisan potret Duterte.

Wakil Presiden Filipina, Leni Robredo—seorang politisi liberal yang tidak turut berkampanye bersama
Duterte—menyeru kepada warga Filipina untuk mengingat masa penindasan pada era kekuasaan Ferdinand Marcos. Mantan presiden Filipina itu dikenal sebagai sosok yang pernah memberlakukan UU Darurat Perang.

"Jika kita tidak mengingat masa lalu, kita akan mengulanginya," katanya.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan