Kepala Museum Singapura Mengeluh, 100.000 Mahluk Hidup Mati Akibat Kebakaran Hutan di Sumatera
Sekitar 100.000 Mahluk hidup mati akibat kebakaran di Sumatera beberapa waktu lalu dan asapnya sangat mengganggu Singapura
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Gara-gara kebakaran hujan dan asap tebal terjadi di Sumatera beberapa waktu lalu, sekitar 100.000 makhluk hidup mati dan perlu antisipasi lebih lanjut hal tersebut.
"Sekitar 100.000 Mahluk hidup mati akibat kebakaran di Sumatera beberapa waktu lalu dan asapnya sangat mengganggu Singapura," papar Honor Harger, direktur museum seni sains di Marina Bay Sands Singapura dalam forum Kota Inovatif yang diselenggarakan Asia Center The Japan Foundation siang ini (14/10/2017) di Tokyo.
Kebakaran tersebut khususnya asapnya jelas meng ganggu Singapura, tambahnya, dan untuk itu perlu antisipasi segera di lain kesempatan untuk berbagai perhatian.
"Pihak kami telah membantu penghijauan kembali di wilayah Indonesia, Rimbang Baling dengan penanaman 5000 pohon batu dibantu oleh WWF," ungkapnya lagi.
Selain rehabilitasi pohon pihaknya, tambah Honor berharap perlindungan pula kepada Mahluk hidup yang ada di Sumatera hampir punah gara-gara kebakaran tersebut.
"Misalnya harimau Sumatera, gajah, Orangutan, menjangan dan sebagainya sehingga rimba hutan diharapkan bisa rindang kembali di masa depan. Demikian pula pendidikan kepada rakyatnya agar tidak terulang lagi pembakaran hutan," tambahnya lagi.
Hutan terbakar dan asapnya mengganggu udara dan kesehatan warga Singapura sekaligus menurutnya menjadikan museum yang dikelolanya juga mendapat dampak kurang baik dari asal yang memenuhi udara Singapura tersebut, tambahnya.