Semangatnya Para Perawat Indonesia Belajar di Jepang
Sebanyak delapan orang perawat Indonesia sedang belajar dengan serius di Tokushinkai, Jumat (15/12/2017).
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebanyak delapan orang perawat Indonesia sedang belajar dengan serius di Tokushinkai, Jumat (15/12/2017).
"Ya saya sedang mengajarkan adik-adik kelas mengenai adat budaya Jepang. Salah satunya cara buang sampah yang sangat detil dan dipisah-pisah tidak seperti di Indonesia mungkin campur jadi satu," kata Yayu, salah seorang perawat Indonesia yang sudah dua tahun di Jepang.
Sedangkan 7 perawat lain baru minggu lalu tiba di Jepang.
"Senang sekali bisa bekerja dan banyak belajar mengenai Jepang," ungkap Lia kepada Tribunnews.com.
Selain rasa senang itu semua perawat semangat elajar bahasa Jepang karena akan mendukung kerjanya sebagai perawat di berbagai rumah atau fasilitas medis di Jepang.
Baca: PKS Upayakan Kasasi, Fahri Hamzah Diminta Jangan Bangga Dulu
"Ya pak, kita mau semangat dan harus bisa mencapai target lulus ujian perawat nasional Jepang," kata mereka ketika ditanya tujuannya ke Jepang.
Bahkan setelah diceritakan ada orang Indonesia yang hanya 9 bulan di Jepang ikut ujian bisa langsung lulus tingkat N-1, Lia semakin semangat lagi bertanya.
"Itu anak ada di mana pak sekarang? Kalau boleh kenalan supaya tahu cara belajar bahasa Jepang," ungkapnya penasaran.
Semangat yang besar tersebut datang dari para perawat lulusan sekolah perawat Indonesia, baik dari sekolah perawat Sumber Waras (Yayu), sekolah yang ada di Nusa Tenggara Barat, Bandung, Palembang dan sebagainya.
Baca: Pengacara Praperadilan: Sidang Perdana Kasus e-KTP Setya Novanto Seolah Dipaksakan
Para perawat tersebut bekerja di Tokushinkai yang saat ini memiliki sedikitnya 25 perawat Indonesia.
Yayasan medis ini didirikan tanggal 20 Maret sejak 27 tahun lalu dan saat ini memiliki tiga lokasi fasilitas di Jepang.
"Nanti tahun 2021 saya akan membangun pula fasilitas kami di Meguro dengan tanah milik pemerintah, bangunannya kita bangun dengan nilai sekitar 4,5 miliar yen," kata Presiden Tokushinkai, Michio Sekine (64) khusus kepada Tribunnews.com.