Rabu, 17 September 2025

Pelajar Indonesia di Jepang Ungkap Rahasia Percepatan Jumlah Publikasi Ilmiah Internasional

Rahasia dibalik percepatan jumlah publikasi ilmiah ini terungkap pada sebuah acara Kuliah Terbuka

Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
(PPI) Peserta dan pembicara Kuliah Terbuka ‘Zemi Bersama Pakar’ di Tokyo Institute of Technology, Rabu, 21 Februari 2018 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Publikasi ilmiah internasional Indonesia menduduki peringkat ketiga se-Asia Tenggara setelah berhasil melewati Thailand di tahun 2017.

Rahasia dibalik percepatan jumlah publikasi ilmiah ini terungkap pada sebuah acara Kuliah Terbuka yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia di Tokyo Institute Technology (PPI Tokodai), Jepang, hari Rabu, 21 Februari 2018.

"Kuliah terbuka yang dinamakan ‘Zemi Bersama Pakar’ ini merupakan acara rutin PPI Tokodai. Kata ‘Zemi’ itu sendiri merupakan bahasa Jepang yang memiliki arti Seminar. ‘Zemi’ sering digunakan untuk menyebut sebuah acara pertemuan akademik yang dilakukan sebuah kelompok belajar di kampus-kampus Jepang dengan guru pembimbingnya," ungkap Farid Triawan, Moderator kuliah terbuka itu kepada Tribunnews.com.

Zemi digunakan sebagai sarana bagi para mahasiswa untuk melakukan konsultasi kemajuan penelitian kepada pembimbing secara serempak seperti di sebuah kelas.

"Pada acara Zemi kali ini, PPI Tokodai mengundang dua pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yaitu Dr. Ade Gafar Abdullah dan Dr. Asep Bayu D. Nandiyanto yang sedang melakukan kunjungan penelitian di kampus Tokyo Institute of Technology."

Acara dimulai pada pukul 13.30 waktu Tokyo dipandu oleh Dr. Farid Triawan sebagai moderator yang juga merupakan staff pengajar di Tokyo Institute of Technology.

Sebagai pembicara pertama, Ade memperlihatkan beberapa data statistik yang menunjukkan kemajuan signifikan jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia di 3 tahun terakhir.

“Dalam 3 tahun belakangan ini, universitas-universitas di Indonesia telah berhasil melakukan lompatan tinggi jumlah publikasi ilmiah terindeks scopus. Misalnya UPI, dari 170 jurnal pada tahun 2014, berhasil melompat ke 998 jurnal diakhir tahun 2017," ungkap Ade yang merupakan Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sekolah Pascasarjana UPI.

Lompatan jumlah publikasi UPI ini terjadi karena UPI membuat tim khusus untuk memberikan pelatihan bahkan kursus privat kepada dosen-dosennya tentang bagaimana membuat karya ilmiah di jurnal intersional terindeks scopus. Lebih dari itu, tim khusus ini juga menjadi pelopor gerakan membuat publikasi ilmiah internasional di universitas-universitas lain di Indonesia.

“Alhamdulillah, di tahun 2017, kami banyak mendapat undangan dari universitas-universitas di Sumatra, Jawa, Kalimantan, sampai NTT untuk berbagi pengalaman dalam meningkatkan jumlah publikasi ilmiah di scopus. Hasilnya sangat efektif dalam mempercepat jumlah publikasi ilmiah masing-masing universitas itu.” lanjut Ade.

Dalam pemaparannya yang bertema “Strategi Percepatan Publikasi Ilmiah di Indonesia", Ade menjelaskan bahwa Indonesia masih terkendala dalam jumlah publikasi ilmiah dari bidang Sosial dan Humaniora.

Saat ini, tekannya lagi, publikasi jurnal ilmiah peneliti Indonesia masih didominasi oleh bidang Sains dan Teknologi,

Pemaparan tentang seluk-beluk membuat penelitian bertaraf internasional di Indonesia disampaikan oleh Asep sebagai pembicara kedua.

Asep yang baru 5 tahun aktif mengajar di UPI sudah tercatat sebagai Top 50 Authors di Indonesia versi SINTA (Science and Technology Index).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan