Delapan Anak di Afghanistan Tewas Setelah Mortir yang Sedang Dimainkan Mereka Meledak
"Saya bergegas menuju ke tempat asal ledakan dan melihat anak-anak sudah berlumuran darah,"
Editor:
Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, FARYAB - Peluru mortir aktif meledak saat dimainkan sejumlah anak di
Afghanistan.
Akibatnya delapan anak-anak, termasuk empat saudara kandung, tewas.
Selain delapan anak yang meninggal, enam anak lainya dilaporkan terluka.
Baca: Dari Sepuluh Orang yang Diamankan Polisi, Lima Orang Mengaku Keroyok Suporter Persija Hingga Tewas
Dua di antaranya dalam kondisi kritis dan kehilangan anggota badan akibat ledakan.
Anak-anak korban ledakan mortir itu semuanya berusia antara lima hingga 12 tahun.
Mereka yang terluka kini tengah dirawat di sebuah rumah sakit di provinsi Faryab, Afghanistan barat.
"Mereka menemukan sebuah bom mortir yang tidak meledak dan membawanya pulang. Mereka penasaran dan saat mencoba membukanya, mortir itu meledak," kata Shukrullah, paman dari empat bersaudara yang meninggal.
Baca: Lima Orang Diamankan Polisi Terkait Tewasnya Suporter Persija, Satu Orang Diikat Tangannya
Sementara ditambahkan sepupu korban, Mohammad Alam, mortir tersebut menimbulkan ledakan yang besar dan suara yang keras.
"Saya bergegas menuju ke tempat asal ledakan dan melihat anak-anak sudah berlumuran darah," katanya kepada AFP, Sabtu (22/9/2918).
Insiden ledakan mortir yang merengut nyawa anak-anak itu turut disesalkan pejabat pemerintah.
Mereka menuduh Taliban sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu.
Baca: Warganya Difasilitasi Hidup Sehat Sigit Widyonindito Ucapkan Terimakasih Kepada Kemenpora
Kelompok Taliban pada pekan lalu menguasai desa Koh-e-Sayad, di mana anak-anak tersebut tinggal.
Menurut juru bicara kepolisian Faryab, Abdul Karim Yoresh, kelompok milisi telah menanam ranjau dan bahan peledak di dekat pos pemeriksaan.
"Pada Jumat (21/9/2018) sore, anak-anak melewati daerah itu ketika ranjau mengenai mereka," kata Yoresh.
Anak-anak kerap terbunuh atau berakhir cacat karena bahan peledak yang tersisa dari konflik yang dibuang secara sembarangan atau sengaja ditanam sebagai ranjau.
Warga sipil, termasuk anak-anak telah menanggung beban konflik yang dimulai sejak invasi yang dipimpin AS pada 2001 yang menggulingkan rezim Taliban. Data PBB menunjukkan angka 3.179 anak-anak tewas atau terluka selama tahun 2017.
Jumlah itu hampir sepertiga dari total korban warga sipil selama setahun.
Sebanyak 545 di antaranya korban anak-anak tewas atau terluka akibat ranjau, sementara sisa artileri yang tidak meledak telah menewaskan 142 anak dan melukai 376 lainnya.
Penulis : Agni Vidya Perdana
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Bermain dengan Mortir Aktif, Delapan Anak di Afghanistan Tewas