Jumat, 26 September 2025

Segera Dipulangkan Ke Myanmar, Pengungsi Rohingya Kaget dan Takut

Ia kembali mengingat saat tentara dan pasukan Myanmar menembaki orang-orang di desanya yang berada di wilayah Rakhine State bagian Utara.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
AFP/JIJI
Para pengungsi Rohingya saat membawa barang-barang menuju kamp pengungsia di Jamtoll, Bangladesh. 

TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Rencana Pemerintah Myanmar untuk segera memulangkan etnis Rohingya dari pengungsian di Bangladesh ternyata membuat mayoritas pengungsi khawatir.

Seperti yang disampaikan Abdul, seorang warga etnis tersebut yang mengaku telah meninggalkan rumahnya yang dibakar pada Agustus lalu, ditengah situasi mencekam yang bersumber dari jeritan warga, tembakan dan kepulan asap.

Ia kembali mengingat saat tentara dan pasukan Myanmar menembaki orang-orang di desanya yang berada di wilayah Rakhine State bagian Utara.

Abdul, yang selama ini merahasiakan identitasnya demi menjaga keamanan dirinya, kemudian menambahkan bahwa ia melihat keponakan dan menantunya diserang dan terbunuh diterjang peluru.

Dalam situasi mencekam seperti itu, ia akhirnya berhasil melintasi perbatasan bersama sang istri dan empat anaknya untuk menyeberang ke Bangladesh, dimana ratusan ribu masyarakat etnis Rohingya lainnya turut melakukan hal yang sama.

Mereka telah hidup selama lebih dari satu tahun dalam kondisi terbatas dan penuh keputusasaan.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (13/11/2018), kehidupan mereka kini memang suram, namun setidaknya mereka telah keluar dari cengkeraman tentara yang selama ini dituding oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

Para Penyelidik PBB selama ini menganggap para tentara Myanmar telah melakukan pembunuhan massal, pembakaran dan perkosaan secara sistematis terhadap kelompok minoritas itu.

Namun setelah sempat selamat dari aksi brutal tersebut, kini Abdul kembali dibayang-bayangi peristiwa kelam itu lantaran Pemerintah Myanmar akan memulangkan para pengungsi Rohingya secara bertahap dari Bangladesh.

Ia mengaku telah mendengar kabar dirinya dan keluarga yang tersisa akan kembali melintasi perbatasan untuk pulang ke wilayah dimana etnis mereka harus menghadapi apa yang disebut sebagai 'genosida'.

Sebelumnya, pada awal bulan ini, seorang pejabat Bangladesh mendatangi kamp pengungsian Jamtoll yang berada di Cox's Bazar dan menyampaikan kepada para pengungsi itu bahwa mereka akan dipulangkan ke Myanmar pekan ini.

"Tentu saja kami kaget, saya tidak bisa berkata apa-apa, mulut saya tiba -tiba tidak bisa bicara," kata Abdul kepada Al Jazeera.

Sementara itu puluhan keluarga lainnya yang mengungsi bersamanya, juga telah diberitahu bahwa mereka masuk dalam daftar lebih dari 2.200 pengungsi yang akan dikirim kembali ke Myanmar, mulai Kamis pekan ini,

Itu merupakan kesepakatan yang telah tercapai pada akhir Oktober lalu antara pemerintah Bangladesh dan pemerintah Myanmar yang menghasilkan keputusan 'pemulangan' sebanyak lima ribu pengungsi Rohingya.

Perlu diketahui, sebanyak lebih dari 730 ribu masyarakat etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, setelah militer Myanmar mulai menyerang desa-desa di Rakhine State pada Agustus 2017 lalu.

Peristiwa tersebut diklaim tentara Myanmar sebagai operasi 'kontraterorisme'.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan