Pemilihan Gubernur DKI
Hidayat-Didik Jadi Korban Kampanye Hitam Lagi
Upaya intimidasi dan kampanye hitam (black campaign), masih menghantui Pilkada DKI Jakarta.
Penulis:
Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya intimidasi dan kampanye hitam (black campaign), masih menghantui Pilkada DKI Jakarta.
Setelah dilarang kutbah di Pulau Panggang, relawan diintimidasi, kini pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menjadi korban kampanye hitam dan fitnah. Pelakunya ditengarai sebagai aparat Dinas Sosial DKI Jakarta.
Peristiwanya terjadi pada Kamis (7/6/2012) siang di Kampung Kandang, Kelurahan Ragunan, Jakarta Selatan.
Menurut Irfan, saksi mata, sebuah mobil Suku Dinas Sosial DKI Jakarta warna biru berplat merah berstiker gambar Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Kepala Sudin Sosial DKI Jakarta, datang ke Kampung Kandang sekitar pukul 11.00 WIB.
Setelah parkir di dekat sebuah warung soto, sang sopir mobil bernomor polisi B 9004 PQU, keluar sambil menenteng pengeras suara. Melalui pengeras suara, sang sopir berteriak, "PKS antimaulid, PKS antitahlil."
Teriakan itu diulang-ulang, dan baru berhenti ketika sang sopir melihat ada seorang perempuan mengenakan jilbab datang bersama suaminya, yang juga saksi mata, mampir ke warung soto itu untuk makan siang.
"Mungkin dia mengira istri saya kader PKS. Sehingga, begitu melihat istri saya dia langsung diam,” kata Irfan.
Irfan lantas bertanya kepada salah satu pemilik warung di situ, apakah yang bersangkutan sering melakukan hal itu. Pemilik warung menjawab sebulan terakhir setidaknya dua kali mobil dan sopirnya datang melakukan kampanye hitam.
Irfan pun berinisiatif mengambil gambar mobil dan sang sopir dengan ponsel yang dibawanya, untuk bukti apa yang dikatakannya bukan lah cerita rekaan.
Menanggapi peristiwa itu, Hidayat Nur Wahid hanya bisa mengelus dada. Dia sangat menyayangkan fitnah-fitnah seperti itu masih terus dikembangkan untuk kepentingan politik sesaat.
"Fitnah seperti itu biasanya muncul menjelang pemilu atau pilkada. Itu bukan barang baru. Tapi, yang saya sayangkan hal itu bisa terjadi juga di Jakarta," tuturnya.
Hidayat berharap, semua pihak tidak mengembangkan fitnah untuk mencapai tujuan tertentu. Karena, selain bertentangan dengan semangat demokrasi, juga dilarang keras dalam agama.
"Kasihan masyarakat jika selalu disuguhi dengan fitnah dan beragam kebohongan hanya karena tujuan politik. Ini sangat tidak sehat di era demokrasi seperti sekarang," paparnya.
Hidayat berharap, masyarakat tidak terprovokasi dengan kampaye hitam dan fitnah-fitnah yang disebarkan, untuk kepentingan kelompok atau kandidat tertentu.
"Saya kira, masyarakat Jakarta cukup cerdas untuk memilih dan memilah, mana informasi yang fitnah, mana informasi sampah, dan mana informasi yang benar," beber Hidayat.
Sebagai tindak lanjut dari kejadian itu, pihak Hidayat-Didik akan melaporkannya kepada Panwaslu DKI Jakarta.
"Jika ada aparat yang terlibat, kami akan minta supaya yang bersangkutan ditindak tegas," cetusnya. (*)
BACA JUGA