Kisah Sumardi Pengguna Narkoba dari Malang Temui Slank dan BNN Minta Direhabilitasi
Sumardi mengaku sudah lima bulan tinggal di bawah langit Ibukota. Saban hari dia beristirahat di Patung Tugu Tani, bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
Penulis:
Rahmat Patutie
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelum azan Dzuhur sekitar pukul 11.30 WIB, Sumardi (25) duduk di bangku pojok sebuah warung kopi di kawasan Gang Potlot, Jakarta Selatan, Rabu (27/5/2015).
Sumardi yang datang jauh-jauh dari Malang, Jawa Timur terlihat hanya dengan membawa modal bendera merah putih ukuran satu meter, gitar keroncong dengan dua tali, dan sebuah buku tulis. Dia duduk bersender sambil menikmati secangkir kopi hitam hangat.
Warung Potlot yang diketahui milik Bunda Iffet itu bersebelahan persis dengan markas Slank. Maksud keberadaannya di tempat tersebut ingin mencari informasi rehabilitasi bagi pemakai narkotika dengan menemui para personel Slank.
Sumardi mengaku sudah lima bulan tinggal di bawah langit Ibukota. Saban hari dia beristirahat di Patung Tugu Tani, bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
Aktivitas kesehariannya mengamen di pinggiran tempat makan di sekitaran Jakarta.
Setiap mengamen dia tak pernah mengejar target penghasilan. Namun setidaknya sekitar Rp 30 ribu yang masuk kantong untuk makan dan minumnya setiap hari.
Namun demikian, pria yang mempunyai hobi memainkan alat musik gitar itu tak merasa kekurangan dengan pendapatannya karena tetap bersyukur dengan kenikmatan yang dirasa.
Sumardi menceritakan, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, anak ke enam dari delapan bersaudara itu dibelikan gitar oleh kakaknya. Merupakan hadiah istimewa baginya karena dapat belajar memainkan lagu-lagu idolanya. Sejak itu pun pria berambut panjang tersebut mulai ngefans kepada grup musik Slank.
Sumardi pernah mendapat informasi bahwa personel Slank dan BNN bersedia membantu dan menampung para pecandu narkoba.
Suatu saat pria yang mengaku pernah menggunakan narkotika tersebut hadir menonton konser Slank Konferensi Asia Afrika (KAA) anti bahaya narkoba di Parkir Timur, Gelora Bung Karno (GBK), kawasan Senayan beberapa waktu lalu.
Dia pun tertarik ketika mendengarkan kata-kata rehabilitasi bagi pecandu agar jiwa menjadi hidup normal.
"Saya ingin tahu rehabilitasi seperti apa," ujarnya.
Ia mengaku sudah dua kali berkunjung ke markas Slank itu. Namun, bukan kesempatan baik baginya bertemu dengan para personel grup band tersebut.
"Tiga kali datangi Gang Potlot susah ketemu anggota Slank. Pertama saya berusaha nanya sama orang di sekitar situ untuk menemui susah. Makanya saya sempatin ke sini bagaimana caranya supaya ketemu mereka (personel Slank)," kata Sumardi saat berbincang-bincang bersama Tribunnews.com di lokasi.
Sumardi tak patah arah meski sempat beberapa kali belum beruntung. Siang tadi, ia kembali datang berangkat dari hati berniat membangun jiwa dan raganya. Kebetulan pada kesempatan itu Slank dan BNN sedang mengadakan jumpa pers tentang giat konser sore-sore anti narkoba di Jakarta, Kamis (4/6/2015) mendatang.
Sebagian personel Slank hadir bersama pihak BNN dalam kesempatan itu. Saat konferensi pers memasuki akhir sesi tanya jawab bersama juru warta, sontak Sumardi memberanikan diri berjalan melangkah ke depan lalu berbicara menggunakan alat pengeras suara di hadapan para narasumber itu.
Berdiri dengan gaya tampak percaya diri, ia mengungkapkan sebagian keinginan sejak lama mau disampaikannya. Yakni ingin mendapat rehabilitasi dan belajar mengenai penyembuhan tersebut.
Pernyataan Sumardi mendapat respon baik dari Humas BNN Slamet Pribadi yang mengatakan ingin berbicara empat mata dengannya.
Seusai acara, keduanya terlibat perbincangan kecil.
Slamet merekomendasikannya mendatangi BNN yang berada di Kabupaten Malang. Sumardi diberikan kontak telepon salah satu petinggi lembaga anti narkoba itu di daerah asalnya. Lalu ia langsung mencatatat nomor tersebut di buku tulisnya.
BNN mengimbau kepada masyarkaat agar penyalahguna narkoba segera melaporkan dirinya ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) seperti puskesmas, atau rumah sakit yang sudah ditunjuk oleh Kemenkes, sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.402 Tahun 2014.
Menurut Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN), Bachtiar Tambunan penyalahguna narkoba yang datang melaporkan diri ke tempat itu tidak akan diproses hukum, melainkan akan mendapat pelayanan rehabilitasi.
Bachtiar mengatakan, pemerintah sudah mensubsidi dengan gratis melaksanakan rehabilitasi tersebut. Sehingga para pecandu dapat produktif bekerja dan hidup normal kembali.
Sumardi mengaku senang dan bersyukur karena mendapatkan informasi langsung di tempat itu. Terlebih lagi, berkesempatan menemui langsung berikut berfoto bersama para idolanya. Senyuman lebar menghiasi wajahnya.
Dia mengaku akan pulang ke kampung halamannya dalam waktu dekat. Dia menyebutkan, masih cukup banyak teman-temannya yang ketergantungan dengan narkotika di Kota Malang.
"Saya akan mengobarkan jiwa yang sangat tinggi untuk mensosialisasikan. Tidak hanya diri sendiri bahkan tidak tanggung-tanggung sampai seluruh dunia akan saya bawakan semangat ini," katanya.
Besar harapannya mendapat rehabilitasi sekaligus memanfaatkan ilmu tersebut untuk disosialisasikan di Kota Malang.
Menurut dia, narkoba sejenis ganja saja dianggap sangat merusak pikiran manusia. Banyak korban meninggal dunia lantaran mengkonsumsi narkotika.
"Kalau bisa terus dihukum mati pengedar narkoba, kalau bisa pabrik narkoba dimatikan," ucapnya sambil menegaskan setuju dengan tindakan tegas pemerintah yang ingin memberantas para pengedar narkoba dengan hukuman mati.
Bisa dibilang Sumardi memang hanya mengenyam pendidikan rendah. Meski tak lulus bangku sekolah dasar dia terkesan punya semangat nasionalisme yang cukup tinggi.
Tersisip sepucuk kertas kecil dalam buku tulis yang kerap dia bawa.
"Ini aku nemu kertas di jalan saya ambil. Ternyata (isi) butir-butir Pancasila, itu sangat luar biasa," kata dia sambil membacakannya.