Di Indonesia, Menghukum Anak dengan Kekerasan Merupakan Kebiasaan
Belum lagi ditambah kondisi yang dialami anak di rumah membuat permasalahan kekerasan di sekolah sulit diatasi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Yayasan Anti-Bullying Sejiwa, Diena Haryana, mengatakan tindak kekerasan terhadap anak juga dapat terjadi karena kebiasaan yang selama ini terjadi di masyarakat.
Menurut dia, kebiasaan menghukum anak dengan cara kekerasan menjadi salah satu alasan mengapa kekerasan yang terjadi di sekolah-sekolah sulit diatasi.
"Anggapan yang masih ada diantara pendidik bahwa menghukum anak dengan kekerasan masih diperlukan untuk mendisiplinkan," tutur Diena, Kamis (23/11/2017).
Kebiasaan menghukum anak dengan cara kekerasan itu tidak dapat dihilangkan.
Hal ini karena pihak sekolah sendiri tidak konsisten atas penyelesaian kasus terutama apabila kekerasan yang dilakukan siswa kepada siswa lain.
Selain itu, kekerasan di sekolah sulit diatasi, karena pemahaman definisi kekerasan yang tidak merata dan pemahaman kebijakan-kebijakan yang ada tentang kekerasan di sekolah tidak merata.
Belum lagi ditambah kondisi yang dialami anak di rumah membuat permasalahan kekerasan di sekolah sulit diatasi.
Baca: Setelah Idrus Marham, Politikus Golkar Kembali Sambangi Mabes Polri
"Kondisi di rumah yang tidak harmonis termasuk tekanan ekonomi," kata dia.
Selain itu, menurut Diena yang berprofesi sebagai psikolog itu, ada faktor lain yang sangat berpengaruh sehingga kekerasan sulit di putus mata rantainya.
"Anak kerap menyaksikan kekerasan melalui games dan youtube yang dapat memicu melakukan kekerasan. Kurang di pahami hak-hak anak oleh pihak-pihak yang terkait dengan anak. Dan anak-anak belum cukup diberdayakan agar mampu melindungi dirinya serta melindungi temannya," katanya.