HUT Kemerdekaan RI
Bamsoet: Anak-anak TK Menenteng Senjata, Sebagai Tontonan pun Tidak Pantas
Anak di bawah umur memakai cadar hitam dan menenteng replika senjata seperti dalam sebuah karnaval di Probolinggo menjadi kasus yang memprihatinkan.
Penulis:
Yanuar Nurcholis Majid
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memerintahkan anak di bawah umur memakai cadar hitam dan menenteng replika senjata seperti yang terjadi dalam sebuah karnaval di Probolinggo menjadi kasus yang sangat memprihatinkan.
Ketua DPR Bambang Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta Menteri Pendidikan dan semua pemerintah daerah harus memastikan bahwa kasus serupa tidak berulang di kemudian hari.
Seperti diketahui, sepanjang Sabtu (18/8/2018) kemarin, perhatian masyarakat tertuju pada kasus sejumlah anak peserta karnaval berpakaian dan cadar hitam.
Tak hanya itu, murid taman kanak-kanak (TK) itu disuruh menenteng replika senjata.
Baca: Gelar Sulinggih Termuda se-Bali Komang Widiantari Dicabut Usai Dinikahi Bule Amerika
Mereka menjadi peserta pawai budaya yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Probolinggo.
Bamsoet sangat menyayangkan kejadian itu. Apapun alasannya, memperlakukan anak-anak TK dengan cara seperti itu tidak dapat dibenarkan.
"Perlakuan seperti itu tidak mendidik, sebagai tontonan pun tidak pantas. Perlakuan seperti itu bisa merusak persepsi anak, karena berpotensi mencabut mereka dari dunia anak-anak," ujar Bamsoet, berdasarkan rilis yang diterima Tribunnews.com, Minggu (19/8/2018).
Bamsoet mengingatkan kepada para guru dan orang tua untuk membiarkan anak-anak dengan dunia mereka.
Baca: Joni Bocah Pemanjat Tiang Bendera Ditanya Hotman Paris: Memangnya tidak Takut Jatuh?
Sebagai peserta didik TK, biarkan anak-anak itu bermain sambil belajar. Jangan meracuni pikiran mereka dengan cara pikir orang dewasa.
"Apalagi dengan perlakuan cukup ekstrem seperti kasus di Probolinggo itu. Para orang tua dan guru hendaknya melindungi anak-anak dari berbagai kemungkinan yang bisa merusak cara pikir dan cara pandang anak," ujar Bamsoet.
Bamsoet mendorong Kementerian Pendidikan dan semua pemerintah daerah untuk memastikan kasus serupa tidak berulang di kemudian hari.
Pelibatan anak dalam berbagai kegiatan hendaknya tetap berpijak pada dunia anak yang ceria.