Minggu, 2 November 2025

Pemilu 2014

Pengamat: Koalisi Prabowo Dinilai Bukti Kepemimpinan Tak Tegas

Ray Rangkuti menilai calon presiden (capres) Prabowo Subianto yang dicitrakan tegas tidak selalu sejalan dengan sikap politiknya.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Rachmat Hidayat
/henry lopulalan
Pengamat politik yang juga Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti (tengah) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti menilai calon presiden (capres) Prabowo Subianto yang dicitrakan tegas tidak selalu sejalan dengan sikap politiknya.

Sebab, kata dia, sikap politik yang ditunjukkan Prabowo dalam membangun koalisinya justru menunjukkan kepemimpinan politiknya kompromistis.

“Pilihannya yang mengajak koalisi besar parpol, menjanjikan banyak  jabatan kepada elit-elite parpol yang terkadang tak memiliki dasar  pijakan,  belum lagi sikapnya yang berubah-ubah jika menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritis misalnya soal nasionalisasi aset-aset.

Hal tersebut  memperlihatkan bahwa watak dasar kepemimpinan politik Prabowo bukanlah bersikap tegas. Tapi lebih tepat disebut kompromistik,” kata Ray kepada wartawan, Kamis (29/5/2014).

Ray menjelaskan, sejatinya tegas itu bisa dilihat dari dua hal. Pertama, sikapnya yang tak kenal kompromi jika menyangkut hal-hal yang sangat prinsipil bagi dirinya dan dalam kasus yang lebih besar adalah  bagi bangsanya.

Kedua, tak pernah ragu dalam mengambil keputusan dan siap menanggung resiko dari pilihan-pilihan politiknya.

“Kalau dilihat dari dua kaca mata itu, bisa jadi citra Prabowo yang  disebut tegas itu  tak selalu berjalan mulus,” ujarnya.

Lazimnya dalam koalisi besar, lanjut Ray, memang yang terjadi adalah  kompromi-kompromi. Lebih-lebih jika di dalam koalisi itu banyak partai  dengan sikap yang awalnya berbeda-beda.

PKS dan Golkar misalnya, lebih  dikenal sebagai partai yang lebih ramah pada pasar bebas. Sementara Gerindra selalu menyatakan pembatasan impor.

PAN adalah motor amandemen Undang-Undang Dasar, sementara Gerindra justru terkesan tak seliberal PAN dalam amandemen.
"Jalan yang membuat mereka bertemu tentu saja karena ada kompromi ide dan pembagian kekuasaan. Di sinilah salah satunya indikasi mengapa kepemimpinan Prabowo lebih tepat disebut berwatak kompromistik daripada tegas," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved