Pilpres 2019
TKN Ingin Ada Pertemuan Pendahuluan Tokoh Di Sekitar Jokowi-Prabowo
Arsul Sani mengatakan bahwa calon presiden yang diusungnya selalu membuka pintu silaturahmi kepada siapapun.
Penulis:
Chaerul Umam
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani mengatakan bahwa calon presiden yang diusungnya selalu membuka pintu silaturahmi kepada siapapun.
Hal tersebut dikatakannya merespons wacana pertemuan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo Subianto setelah Pilpres 2019.
“Yang jelas kalau Pak Jokowi itu memang membuka pintu yang lebar. Kan sudah mendengar sendiri dari Pak Jokowi kesediaan beliau untuk bertemu. Pertanyaannya kan selalu kemudian kenapa tidak langsung telepon komunikasi," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/5/2019).
Sekjen PPP itu menuturkan pertemuan dua tokoh ini sangat penting karena merupakan aktor utama dalam Pilpres 2019.
Baca: GP Ansor Dukung Polri Tegakkan Hukum terhadap Para Perusuh Negeri
Baca: Pembebasan Bersyarat Henry J Gunawan Tabrak Permenkumham
Baca: BRP Indonesia Buka Showroom di Ancol. Wujud Komitmennya untuk Pecinta Adventure
Baca: 5 Bulan Berpisah dengan Nur Khamid, Polly Alexandria Akui Sering Video Call & Sempat Hapus Instagram
Arsul mengatakan sebagaimana biasanya sebelum pertemuan tingkat tinggi harus dilakukan dengan perjumpaan pendahuluan oleh para tokoh yang ada di sekitar Prabowo dan Jokowi.
"Saya kira ini kan pertemuan dua tokoh penting, tokoh sentral sebagai capres. tentu sebagaimana juga pertemuan tingkat tinggi dimanapun itu kan perlu didahului oleh pertemuan pendahuluan baik oleh para tokoh yang ada di sekitar beliau," jelasnya.
"Wajar, saja supaya ketika kedua beliau itu bertemu benar-benar produktif. Dalam arti apa? Kalau masih ada perbedaan, ya perbedaannya kemudian tidak terlalu besar," lanjut Arsul.
Selain itu, menurutnya, rencana pertemuan antara Prabowo dan Jokowi juga tidak perlu dinilai negatif.
Misalnya, menganggap pertemuan itu hanya untuk melakukan transaksi dan lobi politik.
"Jadi enggak boleh kita simplifikasi, apalagi kita prasangkai mau ketemu, ketemu aja tapi jangan bawa tawaran ini itu lobi, enggak boleh gitu juga," pungkas Arsul.