Memprihatinkan, Semakin Banyak Pelajar di Surabaya yang Kecanduan Narkoba
Kepala BNN Kota Surabaya AKBP Suparti mengatakan Surabaya bisa dikatakan sebagai Darurat Narkoba.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Kepala BNN Kota Surabaya AKBP Suparti mengatakan Surabaya bisa dikatakan sebagai Darurat Narkoba.
Sepanjang tahun 2017 ini total ada sebanyak 40 orang yang kini mendaatkan layanan rehabilitasi. Dari jumlah tersebut 22 diantaranya adalah usia pelajar.
Sedangkan tahun 2016 lalu dari toal jumlah klien rehab sebanya 364 orang, yang pelajar ada sebanyak 110 anak. Dengan rentang usia 13 hingga 18 tahun.
Suparti mengatakan, bagi orang tua khususnya harus menjadi yang paling peka terhadap perubahan anak.
Orang tua harus mudah curiga dengan anaknya yang pendiam. Sebab jika anak mulai tertutup, pendiam dan mengurung diri, bisa jadi adan indikasi penyalahgunaan narkoba.
“Jangan takut membawa anak ke sini. Jangan takut ada sanksi sosial, image dari tetangga dan keluarga. Kalaupun itu ada, lebih baik dibandingkan masa depan anak yang menjadi imbalannya,” kata Suparti.
Ia menyebutkan, bagi setiap anak yang menjalani rehab akan diberikan layanan konseling yang sesuai dengan tingkat ketakutan candu narkoba.
Akan disesuaikan dengan kebutuhan. Rehab biasanya dilakukan dalam waktu delapan minggu.
Dengan sesi konseling satu minggu sekali. Sehingga tidak menghalangi pembalajaran di sekolah.
“Kalau rawat inap pun bisa. Jadi sekolah pagi sampai sore, tapi malamnya tetap ikut sesi rehab,” ucapnya.
Namun, yang saat ini dikeluhkan Suparti adalah, BNN Kota Surabaya belum memiliki klinik pratama sendiri. Dengan jumlah kasus narkoba yang begitu banyak di Surabaya maka ia berharap bisa segera terwujud klinik pratama di BNN Kota Surabaya. (fatimatuz zahroh)